Oleh Tabrani Yunis
Ketika sedang membantu melayani konsumen yang berbelanja di POTRET Gallery di jalan Prof.Ali Hasyimi, Pango Raya,Banda Aceh, malam ini, tangan yang sedang memegan HP seperti diseret untuk membuka Kompasiana. Mata pun mengamati tulisan-tulisan yang naik sebagai headline dan tulisan-tulisan pilihan. Lalu, kursor dituju ke rubrik lain, seperti content aviliation, dan K- Rewards yang pesonanya agak menggiurkan itu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu mendorong keinginan untuk membaca informasi yang disajikan mengenai K-Rewards tersebut. Dimulai dari pengertian, apa itu K-Rewards, benefit, mekanisme program, bagaimana cara mendapatkan program ini, hingga pada perintah untuk cek akunmu.
Kelihatannya menarik, karena K-Rewards merupakan program yang dibuat sebagai bentuk apresiasi atas berbagai kontribusi creator content di Kompasiana. Ya, sebuah bentuk apresiasi luar biasa. Sebab selama ini para kreator konten Kompasiana tidak mendapat penghargaaan secara finansial yakni mendapatkan sedikit bayaran berupa honor untuk tulisan-tulisan yang diposting, bahkan kini sebaliknya pemilik akun Kompasiana diarahkan pemilik akun untuk memiliki akun premium dengan membayar 25 ribu per bulannya. Aneh juga terasa, penulis yang pada umumnya ingin mendapatkan honor layak dari tulisannya, malah harus membayar setiap bulan sebesar Rp 25.000, per bulan. Idealnya, setiap tulisan yang dimuat tersebut mendapat honor. Namun, tidak di Kompasiana. Hebatnya, walau pun bayar, jumlah penulis dan pemilik akun Kompasiana tetap saja ramai. Lihatlah ritme tulisan baru yang masuk. Bergerak begitu cepat, bukan?
Benar sekali. Penulis melihat realitas itu sejak pertama sekali membuat akun di Kompasiana, Juni 2010. Sejak bergabung di Kompasiana, penulis melihat dan mengamati cepatnya pergerakan sebuah tulisan di laman Kompasiana.'Tulisan para penulis pun semakin hilang dari halaman depan, kecuali yang terpilih sebegai artikel utama dan rubrik lain seperti nilai tertinggi atau lainnya. Pengalaman menulis di Kompasiana ini menjadi pertimbangan penulis ketika melihat Model penghargaan yang diberikan Kompasiana kepada para kontributornya.
Kompasiana dikenal sebagai sebuah platform media online yang tidak memberikan honor kepada para penulisnya. Bahkan sebaliknya kini penulis sendiri yang harus membayar paket premium. Ya Begitulah hebatnya Kompasiana yang hingga kini masih menjadi pilihan para penulis yang dermawan atau suka berkontribusi. Tidak begitu tergiur untuk mengejar honor tulisan.
Nah, bagaimana dengan K-Rewards? Ya, sebagai salah satu warga Kampung Kompasiana, penulis melihat bahwa tawaran K-Rewards sebenarnya adalah sebuah peluang emas bagi setiap penulis atau kontributornya untuk meraih income atau pendapatan sebagai pengganti honor menulis yang juga banyak dinantikan oleh para penulis. Namun, mengapa bila kita amati jumlah penerima rewards tersebut dalam satu periode sangat sedikit? Apakah memang sulit untuk digapai? Apakah tawaran tersebut memang belum menarik atau menggiurkan? Selayaknya kita cari tahu apa yang melatarbelakangi hal itu.
Nah, bila kita amati lebih jauh, memang K-Rewards itu masih kurang menantang. Kurang menarik dan bahkan sianggap sulit menggapainya. Dikatakan demikian disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, kesulitan itu disebabkan oleh mekanisme dan persyaratan yang dibuat. Cobalah amati dan pelajari syarat berikut ini.
MEKANISME PROGRAM
1. Register akun Kompasiana dan sudah tervalidasi.
2. Mencantumkan nomor di pengaturan profil.
3. Seluruh artikel (bukan hanya artikel pilihan) yang kamu tayangkan dalam periode bulan tersebut.
4. Minimum views per bulan: 3.000 views.
5. Penghitungan akan berhenti setiap bulan berakhir.
Melihat mekanisme tersebut di atas, untuk poin satu, tentu tidak masalah. Namun poin kedua dengan persyaratan mencantumkan nomor link aja di profil penulis dan ini akan menjadi sebuah kendala teknis atau lainnya bagi penulisnya yang belum memiliki akun link aja. Bukan hanya itu, bagi penulis produktif yang bisa jadi gaptek, akan merasa malas untuk berpartisipasi. Ini memang hal kecil, tapi sering menjadi kendala. Kedua, pada poin 4 ada syarat yang harus dipenuhi yakni 3000 views. Angka ini terasa kecil, namun sulit dicapai apabila jumlah orang membacanya atau melihat tulisan itu di bawah 3000. Saat ini, bila kita lihat jumlah views di setiap tulisan yang diposting sangat minim. Jarang yang bisa bermain di atas 500 an, bahkan ketika tulisan itu sudah terlewatkan, views pun tidak naik-naik. Rendahnya tingkat views memang sebenarnya tergantung pada menarik atau tidaknya tulisan yang disajikan, namun di tengah rendahnya minat membaca dan daya membaca masyarakat kita, tulisan bagus pun tidak dibaca. Kalau pun dibaca, ya judulnya saja.