Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Isyarat Alam

Diperbarui: 8 Desember 2021   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir bandang : Foto Tabrani Yunia

Oleh Tabrani Yunis

Denting -denting ranting kering
Menukik dalam senandung burung-burung
Lompat dan teriak siamang-siamang
Penghuni hutan meraung
Menyeruak relung-relung tebing
Isyarat  kemarau datang menjelang

Sebelum kemarau pulang
Selalu ada petaka menghadang
Setelah pohon-pohon tumbang
Ditebang insan setan pemuja uang
Rimba raya luas membentang
Hilang

Bandang  datang
Tak diundang
menerjang-nerjang
Merenggut nyawa orang, tumbuhan dan binatang
Ingatan melayang-layang ditelan gelombang
Tak ada yang  bisa menghalang
Hilang tanpa kasih sayang
Bencana sengaja diajak datang
Ulah tangan manusia jalang

Kini kemarau segera pulang
Memerah lidah lidah api  perang
Melumati bukit-bukit ilalang
Kayu, batu dan pohon tumbang
Kepul asap terbang
Jerabu menari melayang bayang
Terlambung ke bubung semenanjung
Hawa panas membasahi tubuh gerah telanjang
Menyimuti wajah-wajah  duka sejak kelam dan  gerlap siang.
Bumi begitu centang perenang
Membasuh duka derita pun tak pernah hilang
Berharap hujan datang menjelang
Derita semakin menjurang

Oleh Tabrani Yunis

Denting -denting ranting kering
Menukik dalam senandung burung-burung
Lompat dan teriak siamang-siamang
Penghuni hutan meraung
Menyeruak relung-relung tebing
Isyarat  kemarau datang menjelang

Sebelum kemarau pulang
Selalu ada petaka menghadang
Setelah pohon-pohon tumbang
Ditebang insan setan pemuja uang
Rimba raya luas membentang
Hilang

Bandang  datang
Tak diundang
menerjang-nerjang
Merenggut nyawa orang, tumbuhan dan binatang
Ingatan melayang-layang ditelan gelombang
Tak ada yang  bisa menghalang
Hilang tanpa kasih sayang
Bencana sengaja diajak datang
Ulah tangan manusia jalang

Kini kemarau segera pulang
Memerah lidah lidah api  perang
Melumati bukit-bukit ilalang
Kayu, batu dan pohon tumbang
Kepul asap terbang
Jerabu menari melayang bayang
Terlambung ke bubung semenanjung
Hawa panas membasahi tubuh gerah telanjang
Menyimuti wajah-wajah  duka sejak kelam dan  gerlap siang.
Bumi begitu centang perenang
Membasuh duka derita pun tak pernah hilang
Berharap hujan datang menjelang
Derita semakin menjurang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline