Ketika sedang meneguk sajian kopi sanger, sejenis produk andalan kopi Arabicca Gayo, di sebuah warung kopi di kawasan kuliner di wilayah Pango Raya, kota Banda Aceh malam ini, tak jauh dari POTRET Gallery, tiba-tiba dua orang sahabat yang masih usia muda datang. Aku menyapa dan mengajak duduk bersamaku.
Aku bertanya dan menawarkan minum kopi, tetapi mereka berkata, kami barusan saja ngopi di sebelah. Ya, sudah. Mereka duduk berhadapan denganku dan mulai saling bertanya.
Pertanyaanku yang pertama adalah tentang aktivitas apa yang sedang digeluti mereka. Mereka serentak menjawab, biasa bang. Masih mutar sana, mutar sini. Artinya masih belum mendapat pekerjaan tetap. Mereka sudah lebih setahun mendapat gelar sarjana. Namun, pekerjaan masih sulit didapat, karena alasan yang bermacam ragam.
Usai mendapatkan jawaban tentang aktivitas mereka terkini, diskusi pun mulai berlanjut. Kebetulan, saat ini pemerintah sedang membuka lowongan pekerjaan secara nasional.
Konon, ada total ada 197.111 formasi dengan pembagian: 37.854 formasi pada 68 kementerian/lembaga dan 159.257 formasi pada 462 pemerintah daerah.
Lalu, aku bertanya pada mereka, apakah anda berdua ada ikut mendaftar untuk bersaing merebutkan sejumlah lowongan kerja yang kini dibuka oleh Pemerintah itu?
Ya, ikut bang. Jawab mereka. Aku ikut memilih formasi yang disediakan di Kemenag, tutur yang satu, lulusan S1 Bahasa Inggris itu. Begitu pula teman yang satu lagi, dari jurusan berbeda, tetapi lulusan FKIP dan merupakan calon guru. Tentulah ia akan memilih formasi guru yang tersedia saat ini. Semoga saja, kalian bisa lulus dan nanti bisa bekerja sebagai PNS.
Insya Allah Bang. Tapi tampaknya berat lulus, karena banyak sekali saingan. Mereka tampak seperti pesimis. Pantas saja mereka pesimis mengingat jumlah pelamar yang biasanya sangat banyak.
Apalagi kalau kita lihat formasi yang tersedia, jauh tidak sebanding dengan jumlah sarjana yang setpanjang tahun diproduksi oleh Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di tanah air ini.
Bayangkan sajalah, peluang kerja di pemerintah dibuka setatahun sekali, sementara produk Universitas setahun bisa dua atau tiga kali.Jadi wajar saja kalau mereka pesimis
Nah, mendengar nada pesimis seperti itu, aku mulai terpancing. Ya, terpancing naluri sebagai seorang motivator. Boleh kan, aku mengatakan kalau aku juga seorang motivator.