Oleh Tabrani Yunis
Anak-anakku, aku tahu semua tengah dirundung galau dan risau, Kau gelisah dan resah pada hembusan angin yang tengah kacau, memunculkan riak dan ombak di semua pulau.
Maafkan ibu kalau kau bagai tak terhirau, karena ibu ingin merantau, hijrah ke sebuah pulau.
Anak-anakku yang tengah galau dihempas h badai risau di tengah berhembus niat untuk merantau. Yakinlah anak-anakku di seluruh pulau, Tak ada maksud ibu mendatangkan gelombang panas di dadamu, tidak juga mengipas-ngipas hawa panas di ubun-ubunmu, apalagi membakar-bakar naluri dan marahmu, ibu tak rela dan membinasakanmu. Ibu tak tega menyaksikanmu berbakut galau dan risau, apalagi kacau balau.
Anak-anakku, ibu pindah, ibu hijrah untuk mencari berkah. Ibu pindah menghindari musibah. Rumah kita sudah hampir tebah. Rumah kita tak boleh rebah. Rumah kita sudah terlalu sarat beban dan susah. Janganlah gundah bila ibu pindah.
Anak-anakku yang tengah gelisah, ibu akan hijrah ke tanah sebelah. Mungkin nanti akan ada berkah, juga jauh dari musibah. Jangan kau terlalu resah dan saling sumpah serapah. Antarkan ibu hijrah agar hidup kita berubah. Di sana ada harapan yang akan menguburkan gundah. Izinkan ibu hijrah ke tanah sebelah.
Ibu tak akan berubah, akan tetap ibu yang menjalankan titah Allah. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah, ibu tak akan berubah, meninggalkan kau dalam rumah gelisah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H