Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Memancing Anak Menulis di Bulan Puasa

Diperbarui: 17 Mei 2019   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pribadi

Sebelum membaca tulisan ini, disarankan untuk terlebih dahulu membaca tulisan yang ada di dalam gambar di atas.  Bacalah dahulu. Ini penting agar ketika membaca tulisan ini, bisa terkoneksi. Tulisan ini ditulis dilatarbelakangi oleh adanya hasil karya di atas. Cobalah perhatikan di halaman pertama. Sudahkah dibaca? Apa yang bisa kita temukan?  Apakah bisa difahami?  Syukurlah bila mengerti. Namun, bila tidak,  pasti bisa melihat kalimat-kalimat yang menimbulkan tanda tanya.

Lihatlah kalimat ini ," My wors day ever" By Ananda Nayla, date 12/mey/2019. This story is really real. Itulah kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris yang bisa kita baca di halaman pertama di foto di atas. Bagi yang menguasai bahasa Inggris, pasti menemukan ada kesalahan dalam menulis. Misalnya, kata worse ( terburuk) yang ditulisnya tanpa e, (wors) dan bulan May yang ditulisnya Mey.

Bila kita perbaiki, kalimat-kalimat itu akan menjadi, " My worse day ever", By Ananda Nayla, date 12/May/2019. This story is really real. Ya, kalau kalimat dan tulisannya ada salah, bisa kita fahami, karena Ananda Nayla belum pernah belajar menulis, menuangkan kata lisan dalam bahasa Inggris ke dalam bentuk tulisan. Dia pun kini masih duduk di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), setingkat SD.

Pertanyaannya adalah, makna apa yang bisa kita tangkap dari kalimat-kalimat tersebut? Apa maksud dari Ananda Nayla menuliskan kalimat-kalimat tersebut?  Dari kalimat pertama, mungkin kita bisa tebak bahwa Ananda Nayla ingin menyampaikan kepada kita akan rasa kesalnya, ia merasakan bahwa hari ini adalah hari terburuknya sepanjang masa. Nah, untuk lebih jelasnya,  mari kita simak apa yang ia sampaikan dalam tulisannya berikut ini.

" Today at Ramadhan year we are vesting for one mons. I was a little hapy because ther was some new toys at Potret Gallery. I was so happy. Then when we open the box, me and my sista,was ecsiting. When I ask my dady hi dint give me but he give my sister and I was mad.  I kip asking him and he never give me. So, rith now I want to ask him. If he give me dis is a big big quweshton? You now wy am I mad because in the erly morning I ask my dady to get some diy material and I only found foam craft foam and I ask my dady if he give me to buy clay because I want ro mak zen garden and the anser  he said no. No more buying clay or aniting and thats wen I get mad. When the toys arif, I ask my dady, can I get it now? He said Wait and I wait, and I ask again, and he said wait.  Haahh I said. Wy is it laik dis. He said I can taiki, but I can not. Thangyou for hearing my story and it is real story, bye"

Sebuah tulisan yang mungkin kita katakan sangat singkat. Ya, memang singkat, namun ini tergolong spektakuler karena sesungguhnya Ananda Nayla belum terbiasa dengan aktivitas mengarang atau menulis cerita seperti ini. Sebagai orang tua yang bergerak membangun gerakan literasi, mengajak anak, murid, siswa dan mahasiswa untuk membaca dan menulis, namun anak sendiri belum berhasil.  tetapi, dahulu, sekitar setahun lalu ia juga pernah meampiaskan rasa kesalnya lewat tulisan yang ditulisnya di kertas plano dengan memnggunakan spidol. Tulisannya yang juga ditulis dalam bahasa Inggris, namun ejaannya dalam bahasa Indonesia, membuat kita sulit memahaminya. Setelah itu, ia tidak pernah menulis lagi. Ma

Penulis baru berhasil membuat ia menulis dengan cara membuat ia kesal, hingga ia harus melampiaskan kemarahan atau kekesalannya lewat tulisan. Tulisan ini, menjadi tulisannya yang kedua, setelah yang pertama ia lampiaskan di kertas plano, tahun lalu itu. Pertanyaannya yang kini muncul lagi, apakah ia akan menulis lagi setelah tulisannya yang kedua ini? Bisa saja tidak. Ia lebih suka dengan pekerjaan mainan dan ketrampilan mendedain rumah dan kamar serta peralatan, seperti yang ia minta dalam tulisannya, meminta tanah liat dan lain-lain.

Dari cerita di atas, dapat kita ambil salah satu pelajaran bahwa untuk mengajak orang menulis, tidak selamanya kita lakukan dengan mengajak dan mendorong seseorang menulis. Namun, dengan membuat seorang anak kesal, ternyata bisa merangsang anak menulis. Bisa dengan cara kita meminta ia menuliskan apa yang terjadi dan rasakan, bisa pula dengan membuat ia kesal dan akhirnya tanpa disuruh, ia akan mengekspresikan pikiran dan masalahnya lewat tulisan.

Tentu saja ini adalah sebuah awal yang baik, ya a good start to build her writing ability. Oleh sebab itu, tulisan ini, dimaksudkan sebagai bahan pembakar semangat, sebagai motivasi untuk mendorong ia mau menulis tulisan-tulisan lain ke depan. Untuk itu, kita sebagai orang tua harus peka membaca perkembangan yang terjadi pada anak, apabila menginginkan anak mampu mengembangkan potensi menulis.  Ada banyak cara untuk memancing kemauan anak menulis. Misalnya, dengan meminta anak menceritakan hal-hal yang ia sukai atau ia benci. Bisa pula dengan cara membuat ia senang atau kesal.

Semoga Ananda Nayla akan menulis lagi.  Kita tunggu saja tulisannya yang baru. Kemudian, sambil menunggu tulisan baru Ananda Nayla di bulan puasa ini, ada baiknya juga para pembaca memberikan tanggapan dalam bentuk tulisan atau sekadar komentar di space yang disediakan di bawah tulisan ini. Selamat menikmati tulisan ini dan selamat berpuasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline