Oleh Tabrani Yunis
Tadi malam usai hujan mengguyur tanah gesang saat kemarau
Bukit-bukit resah tak berselimut
Bertelanjang, terbuka kehilangan pohon-pohon besar nan hijau
Hutan-hutan yang sesak semak dan pepohonan, tlah penuh dengan sawit
Berkali-kali banjir bandang datang dari balik-balik bukit
menerjang-nerjang seluruh pulau dan tenggelam
Menyapu, menghanyutkan jiwa dan materi ke lembah bukit
Sawah ladang sumber kehidupan tenggelam kian dalam
Tapi tak ada pihak yang berteriak, akulah yang memperkosa bukit
Semua diam menyimpan geram