Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Menikmati Lontong Plastik

Diperbarui: 25 Agustus 2018   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Grid,id

Mungkin anda akan terperangah mendengar Lontong Plastik. Paling tidak, anda akan bertanya bagaimana bisa ada lontong plastik. Karena yang namanya lontong bukan dibuat dari plastik, tetapi dari beras, walau selama ini ada banyak beredar beras plastik. Lalu, bagaimana pula ada lontong plastic?  Ya, sebutan lontong plastic sebenarnya untuk menjelaskan tentang trend masa kini di mana orang-orang yang secara sadar, namun rendah pengetahuan tentang bahaya plastik, membuat lontong dengan menggunakan plastic sebagai pembungkus lontong yang direbus di air panas. Maka, lontong yang kita kenal dan kita nikmati selama ini adalah lontong yang proses pembuatannya menggunakan media pembalut, yakni plastik.

Padahal, sebelum kita tergantung dengan penggunaan plastic, bahkan hingga kini masih banyak orang yang menggunakan daun pisang sebagai pembalut lontong ketika dimasak. Sekarang, kita sudah tidak asing lagi dengan lontong plastic. Jadi,  lontong plastik, bukan berarti tidak ada. Bisa saja anda selama ini sangat sering menikmati lontong plastik dan anda mungkin tidak tahu, atau berpura-pura tidak tahu keberadaan lontong plastik di sekitar anda. Bisa pula anda dan keluarga anda membuat lontong plastic untuk kebutuhan di hari raya dan bahkan untuk berjualan. Yang pasti lontong plastik bisa ditemukan di mana saja dewasa ini.  Bisa pula anda tidak peduli dengan hal itu, karena tidak merasa plastik itu berbahaya.

Selayaknya, ketika mau menyantap lontong, lihat dulu atau malah tanyakan dahulu apakah ketika memasak lontong menggunakan daun atau plastic. Nah, kalau menggunakan plastic, maka itu adalah lontong plastic, karena proses pembuatannya menggunakan plastic sebagai pembalutnya. Kalau kita memakannya, maka kita menyantap racun plastic dari lontong plastic tersebut. Lontong plastic hanyalah salah satu penggunaan plastic dalam proses membuat makanan. 

Masih banyak produk makanan lainnya yang terpapar dengan bahaya plastic. Kita pasti sering tidak peduli akan bahaya plastic terhadap tubuh kita, sehingga ketika membeli kuah, kita menggunakan plastic, bahkan plastic keresek untuk mengisi kuah yang masih panas. Bukan hanya itu, ketika kita membeli tempe, selama ini pembalut tempe yang dipermentasikan itu menggunakan plastic. Kita justru meninggalkan tempe yang dibalut daun. Masih sangat banyak penggunaan plastic di dalam hidup kita, namun kita seperti sudah tidak bisa melepaskan lagi penggunaan plastic, termasuk dalam proses pembuatan dan proses mengemas produk makanan.

Percaya atau tidak, penggunaan plastic sebagai pembungkus makanan yang masih panas itu, seperti memasak lontong dengan plastik itu membahayakan bagi kesehatan. Ada banyak referensi yang bisa kita baca dan menjelaskan bahwa semua bentuk plastik dapat melepaskan berbagai bahan kimiawi ketika mereka dipanaskan. Plastik dibuat dari minyak bumi dengan campuran berbagai bahan kimia. Salah satu momen di mana terjadinya migrasi/perpindahan bahan kimia tersebut ke makanan adalah saat plastik berkontak dengan benda bersuhu tinggi/dipanaskan.

Beberapa bahan kimia yang dapat terlepas saat plastik berkontak dengan benda bersuhu tinggi, misalnya adipate, phthalate, dan Bisphenol-A (BPA). Saat ini masih banyak produk plastik yang masih mengandung bahan kimia BPA tersebut.

Di laman Life style .okezone.com  edisi 28 Mai 2016  memaparkan beberapa risiko kesehatan yang dapat muncul akibat seseorang terpapar bahan-bahan kimiawi yang telah dibuktikan dalam penelitian, di antaranya pertama, menyebabkan gangguan janin dalam kandungan, terutama gangguan sistem perkembangbiakan laki-laki dan menyebabkan kanker testis (buah zakar). Kedua, Phthalate diketahui dapat mengganggu pembentukan hormon reproduksi laki-laki. 

Bila hal ini terjadi dapat menyebabkan menurunnya tanda-tanda kelelakian hingga terjadinya ketidaksuburan pada pria -- akan menyebabkan jumlah hormon testosteron yang lebih rendah, jumlah sperma yang lebih sedikit dan tidak berkualitas. Ke tiga, dari penelitian yang dilakukan terhadap tikus, ditemukan bahwa bahan kimiawi dari plastik tersebut dapat terjadi kerusakan berbagai organ di dalam tubuh, seperti hati, ginjal, paru, dan sistem reproduksi/perkembangbiakan. 

Tentu masih ada bahaya lain yang tidak disebutkan dalam tulisan ini. Kita bisa baca lagi di dalam berbagai referensi yang bisa kita cari kapan saja. Misalnya dengan melakukan konsultasi dengan klikdokter.com  dan lain-lain. Namun, untuk tulisan singkat ini, kita bisa belajar dan mengingatkan banyak pihak agar tidak membiasakan diri dengan penggunaan plastic dalam proses pembuatan dan pengemasan produk makanan yang masih panas.

Sebaiknya, kita menghindari penggunaan plastic dalam proses pembuatan produk makanan tersebut, temasuk lontong. Jangan suka atau membiasakan diri membungkus makanan dengan plastic, atau membeli makanan yang panas, lalu memasukannya ke dalam plastic. Jangan anggap remeh, walau hal ini sering dianggap sepele. 

Mencegah akan lebih baik dari pada mengobati. Sebab, kalau sudah terpapar oleh bahaya dan risiko penggunaan plastic, kita akan sangat sakit dan menderita. Oleh sebab itu, bijaklah dalam memilih makanan di pasar atau di restoran yang melayani kita dengan sejumlah pilihan makanan. Sekali lagi, cerdaslah dalam memilih dan konsumsi makanan di zaman ini. Jangan tambahkan dan sesaki lagi rumah sakit yang sudah penuh sesak dengan orang-orang sakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline