Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Aku Wajib Malu Pada Pak Tjip

Diperbarui: 1 Agustus 2018   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi Pak Tjipta

Sejak beberapa hari ini, di pikiranku selalu hadir Pak Tjip. Ya Pak Tjiptadinata Effendi, kelahiran Padang, 21 Mai 1943. Kehadiran Pak Tjip di pikiranku, tentu saja karena Pak Tjip tidak pernah absen atau hilang dari laman Kompasiana. Akau mengikuti setiap hari tulisan-tulisan beliau yang menjadi pilihan dan headline, bahkan juga menjadi tulisan-tulisan terpopular dan yang memiliki nilai tertinggi. 

Terus terang, beliau sangat produktif. Terbukti, setiap hari beliau bisa hadir menginspirasi para pembaca dan Kompasianers di mana saja berada. Dengan tulisan beliau yang singkat, namun padat, selalu menjadi perhatianku. 

Jujur saja, aku merasa malu melihat tingkat konsistensi beliau yang saban hari menulis di hari tuanya. bayangkan saja, ternyata Pak Tjip belum lama bergabung di Kompasiana. Dalam pengakuannya yang dituang dalam tulisan 

Hal lain yang ke dua,  aku harus akui dan acungkan jempol adalah soal konsistensi Pak Tjip. Ini adalah soal yang sangat penting menurutku. Tidak banyak orang yang bisa menjaga sikap konsisten tersebut. I must learn more from you Sir. 

Ya, Pak Tjip. Aku harus belajar banyak pada Pak Tjip bagaimana Pak Tjip bisa konsisten dengan tekat one day one article. Aku sudah pernah menyatakan tekad dan niat untuk bisa menulis satu hari satu artikel. 

Buktinya apa? ya, aku tidak bisa membuktikan apa yang pernah aku niatkan dengan niat menulis satu hari, satu artikel itu. Tetapi Pak Tjip tetap bisa. Again, I really admire you Sir. Boleh kan Pak Tjip? Ini adalah sebuah pelajaran berharga yang pak Tjip berikan kepadaku dan juga bagi orang-orang muda yang usia mereka juga bisa lebih jauh dariku. Jadi, wajar saja kalau beberapa hari ini aku mengingat Pak Tjip dan ingin menulis sesuatu tentang pak Tjip.

dok Pak Tjipta

Ketiga, aku juga salut bagaimana Pak Tjip menangkap setiap ide untuk diwujudkan dalam sebuah tulisan. Karena, ketika kita punya keinginan menulis, kadangkala kita terganggu oleh perasaan atau mood yang katanya bisa hilang. Kesigapan Pak Tjip menangkap ide untuk tulisannya setiap hari itu, menjadi strategi yang wajib aku pelajari. 

Bayangkan saja, ketika beliau mengadakan perjalanan ataut traveling, beliau sempat-sempatnya menuliskan cerita perjalanannya. Sangat hebat bukan? Ya, tentu saja hebat dan sebenarnya sangat banyak hal lain yang menarik untuk kita gali dari kegigihan dan konsistennya Pak Tjip menulis. 

Selayaknya kita bisa belajar dari sikap konsisten beliau. Sepatutnya pula kita belajar bagaimana Pak Tjip bisa seproduktif itu di usianya yang sudah lebih dari 75 tahun itu. So, it is really interesting ti learn from you Sir.

So, Izinkan aku belajar lebih banyak Pak Tjip. Aku memang wajib malu pada Pak Tjip. Bukan hanya malu, tetapi cemburu dengan prestasi yang sudah beliau ukir di sini. Teruslah berkarya, menabur butir-butir mutiara. Izinkan kami memilihnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline