Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Puasa, Bulan Niaga Penuh Berkah

Diperbarui: 1 Juni 2018   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok Pribadi

Oleh Tabrani Yunis

Bulan Ramadan itu adalah bulan yang paling banyak mendapat sebutan. Bulan ke sembilan dalam penanggalan Hijriyah ini, merupakan bulan suci bagi umat Islam yang juga disebut sebagai bulan seribu bulan. Makanya, bulan suci Ramadan juga merupakan bulan yang istimewa, karena bulan ini adalah bulan yang penuh berkah, bukan saja bagi orang-orang dari kaum muslim, kaum yang beriman, tetapi juga untuk semua kaum, semua bangsa, semua agama di muka bumi ini. Bulan puasa Ramadan banyak memberikan berkah bagi seluruh umat di dunia,  bukan hanya bagi negara-negara yang penduduknya mayoritas Islam, tetapi juga negara-negara yang penduduknya penganut agama selain Islam. Pertanyaannya adalah bagaimana bulan puasa memberikan berkah bagi umat-umat yang lain?

Salah satu jawabannya adalah karena bulan Puasa Ramadan itu selama ini juga bulan niaga. Dikatakan bulan niaga, karena segala kepentingan, kegiatan niaga yang dilakukan oleh semua orang dalam berbagai sektor, hulu dan hilir, besar dan kecil, berlansung sejak sebelum masuk bulan puasa, hingga akhir Ramadan yang diakhiri dengan peringatan hari Raya, Idul Fitri 1 Syawal, bermunculan berbagai macam aktivitas niaga dar berbagai kalangan masyarakat usaha kecil, usaha menengah dan usaha-usaha besar atau raksasa. 

Sebelum, masuk hari H pelaksanaan puasa, berbagai aktivitas ekonomi atau niaga berlangsung di mana-mana, sejalan dengan banyaknya kebutuhan masyarakat muslim yang menyambut datangnya bulan puasa Ramadan tersebut. Masing-masing daerah atau wilayah memiliki cara-cara  dan tradisi yang berbeda dalam menyambut Ramadan tersebut. Di Aceh, misalnya, masyarakat Aceh secara turun temurun menyambut datangnya bulan puasa Ramadan dengan tradisi meugang, tradisi makan daging bersama keluarga, selama satu hari atau dua hari, sebelum berpuasa.

Tradisi meugang ini biasanya membuka semua peluang bisnis di bidang pangan. Ketika meugang, masyarakat Aceh membutuhkan banyak daging sapi atau kerbau. Artinya banyak sekali kebutuhan akan sapi dan kerbau yang disembelih. Dengan banyaknya kebutuhan akan daging selama dua hari tersebut, maka membuka banyak peluang bisnis bagi para peternak sapi atau kerbau untuk menjual hasil ternak mereka kepada pihak-pohak yang akan menyembelih dan menjual daging di hari meugang tersebut. Bayangkan saja, sebagaimana diberitakan harian Serambi Indonesia, 14 Mai 2018,  stok ternak berupa sapi dan kerbau untuk kebutuhan dua hari meugangRamadhan 1439 Hijriah pada Selasa-Rabu (15-16/5), dalam 27 kecamatan di Aceh Utara sebanyak 2.904 ekor. Jumlah tersebut menurun bila dibandingkan dengan stok tahun 2017 lalu.

lebih lanjut disebutkan bahwa u, pada meugangRamadhan 1438 H atau tahun 2017 lalu, stok ternak yang tersedia mencapai 3.871 ekor. Bahkan, untuk meugang Idul Adha tahun 2017 jumlahnya lebih banyak yakni 3.889 ekor. Tapi, meugang kali ini jumlah stoknya menurun yakni, ternak sapi sebanyak 2.421 ekor serta kerbau 483 ekor. Jadi, bayangkan saja berapa jumlah sapi dan kerbau yang dibutuhkan untuk seluruh Aceh? Pasti sangat banyak bukan? Pasti. Ya pasti sangat banyak. 

Untuk memenuhi kebutuhan sapi dan kerbau sebanyak itu, selama ini tidak bisa dipenuhi oleh ketersediaan sapi dan kerbau dari Aceh. Maka, untuk memenuhi kebutuhan daging meugang tersebut, selama ini  sangat banyak sapi yang diimpor dari negara lain, seperti dari Australia. Kendatipun mendapat pasokan dari Australia, harga daging saat meugang itu bisa mencapai harga tertinggi, yakni Rp 200.000 per kilonya. 

Cukup mahal, bukan? Ya, tentu sangat mahal, namun tetap harus dibeli. Dengan demikian, dengan adanya trasisi menyambut bulan Ramadan dengan tradisi meugang ini, kegiatan niaga daging berjalan sangat prospektif yang bukan hanya menguntung peniaga dari lokal, tetapi juga peternak, pengimpor, pengekspor dan penyedia daging dari negara lain dari latar belakang suku bangsa, agama dan negara yang berbeda.

Selain niaga pemenuhan kebutuhan daging di hari meugang, menjelang puasa, banyak pula kegiatan niaga lain yang muncul dan berlangsung pada hari meugang tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa ketika akan memasak daging, akan sangat banyak kebutuhan bumbu, minyak dan kebutuhan lainnya untuk bisa menghidangkan sajian daging di hari meugang tersebut. Sehingga, ketika hari meugang, para pedagang kecil baik yang bejualan di toko, di kios-kios atau yang menjajakan dagangan renpah-rempah di pinggir-pinggir jalan mendapat berkah dengan aktivitas meugan tersebut. 

Pada hari itu, sejalan dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan daging, maka tinggi pula kebutuhan masyarakat akan rempah-rempah atau bumbu masak dan sebagainya. Dengan demikian, aktivitas niaga di hari meugang, menjelang puasa, menjadi hari niaga oleh semua dan untuk semua.

Ketika memasuki dan menjalankan aktivitas puasa di hari pertama, maka pada hari itu pula kegiatan niaga lain bermunculan. Niaga yang menjamur di bulan puasa adalah niaga makanan dan minuman buka puasa. Hampir sepanjang Ramadan banyak orang yang berjualan makanan buka puasa tersebut yang dilakukan di berbagai tempat, baik dalam skala kecil, maupun skala besar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline