Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Sudah Selayaknya Kita Membangun Gerakan Hibah Bacaan

Diperbarui: 11 Januari 2018   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu basana yang bisa dihibahkan ke sekolah-sekolah. Dokumentasi pribadi.

Ketika pada tahun 2003, saat memulai membuka Taman Bacaan Rakyat "Iqra" di Manggeng, Aceh Barat Daya, saya rajin mengumpulkan buku-buku dan majalah-majalah maupun berbagai jenis bacaan lainnya. Semua buku, majalah dan bacaan lainnya itu dimaksudkan untuk menambah jumlah koleksi bacaan di TBR- Iqra saat itu. Niat dan semangat membuka taman bacaan itu adalah untuk membangun gerakan gemar membaca di kampong halaman yang sudah saya tinggalkan sejak tahun 1979 itu. 

Dengan harapan saya bersama teman, termasuk saudara,sekampung, Pak Jasman yang kemudian menjadi Camat dan kepala Dinas di Abdya itu, menyewa sebuah ruko yang terbangun dari kayu itu untuk Taman Bacaan Iqra. Alhamdulilah, ribuan buku dan majalah bisa terkumpul dan menjadi bacaan bagi masyarakat di Manggeng saat itu. Semua bacaan itu adalah bacaan yang diperoleh dari sumbangan banyak orang.

Seirama dengan upaya itu, kala itu di Jakarta ada teman-teman yang bergerak di gerakan yang dilakukan Yayasan 1001 buku yang memgumpulkan sumbangan buku dan bacaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Saya saat itu juga mendapat sumbangan dari yayasan 1001 buku untuk menambah jumlah bacaan. 

Bahkan pada bulan Desember 2004 beberapa hari sebelum bencana tsunami, saya bertemu Mas Riswan Lapagu yang aktif di jaringan Pendidikan saat itu. Ia menyumbangkan sejumlah buku dan bacaan kepada saya dan saya bawa pulan sekitar 2 kardus ke Banda Aceh. 

Namun sayang, ketika hari Minggu 26 Desember 2004, ketika kedua kardus itu sudah dimasukkan ke dalam mobil, bencana tsunami melanda, saya selamat tetapi buku-buku tersebut basah dan tidak dapat digunakan lagi. Saya pun harus mengurus diri sendiri dahulu kala itu. Apalagi saya saat itu kehilangan semua, termasuk anak dan isteri. Tentu harus membereskan diri dahulu.

Namun, pascatsunami, ketika niat untuk bangkit dari kehancuran muncul lagi, saya mengaktifkan lagi kegiatan kerja di Center for Community Development and Education (CCDE) yang secara fisik sudah tidak ada lagi, karena kantor dan semua yang ada di dalamnya sudah rata dengan tanah dan hilang ditelan bencana, pada bulan Maret 2005, saya mengajak lagi beberapa staf CCDE untuk mulai hidup baru. 

Paling tidak, menyemangati kembali jiwa yang hancur dengan ungkapan, Life must go on. Kebetulan pula tidak lama setelah itu banyak pihak yang terpanggil jiwanya untuk membantu, saya yang sedang mengalami trauma berat itu, tetap ingin berbuat. Ternyata pula semua aktivitas itu juga menjadi obat trauma bagi saya.

Kendatipun buku-buku yang saya bawa pulang dari Jakarta pada tanggal 20 Desember 2004 itu sudah tidak bisa dibawa pulang lagi ke Manggeng, namun niat untuk melanjutkan taman bacaan Iqra masih tetap hidup. Maka, ketika CCDE mendapat bantuan hibah program kala itu, program pemberdayaan perempuan di kecamatan Manggeng dan Labuhan Haji dikemas dengan membangun gerakan literasi. 

Sehingga pada saat itu, saya bersama CCDE membangun 5 pondok masing-masing di dua desa di Labuhan haji dan 3 desa di Manggeng. Ke lima pondok itu adalah pondok untuk taman bacaan yang kemudian dilengkapi dengan sejumlah buku bacaan untuk masyarakat. Sementara taman bacaan rakyat Iqra yang sudah duluan ada, terus ditambah jumlah buku dan bacaannya. Bahkan selama lima tahun dibuka di kantor cabang CCDE di Manggeng saat itu. Namun, setelah CCDE menutup kantor di Manggeng, tidak ada yang mau melanjutkannya. Itulah sepenggal cerita mengenai semangat membangun literasi untuk mencerdaskan anak negeri lewat penyediaan bacaan di taman bacaan Iqra.

Selain membangun taman bacaan, sejalan dengan upaya pemberdayaan dan penguatan perempuan, remaja dan anak, saya di CCDE sejak tahun 2003 juga sudah menggagas penerbitan POTRET yang kini dikenal sebagai majalah perempuan kritis dan cerdas. Majalah POTRET hingga kini masih banyak yang disumbangkan ke taman bacaan, masyarakat, sekolah dan juga kepada kelompok-kelompok dampingan CCDE yang menjadi bagian dari penerbitan majalah ini.

Apalagi saat ini, geliat gerakan literasi di Aceh terus terasa dan menggelora, karena semakin banyak orang tergerak dan terpanggil untuk berkampanye dan juga secara langsung berbuat. Semain banyak orang yang sadar akan pentingnya membangun gerakan literasi, mengajak orang untuk rajin membaca dan menulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline