Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Ketika Saya Makan Bersama dengan Dua Presiden Finlandia

Diperbarui: 30 Desember 2017   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Oleh Tabrani Yunis

Ketika petinggi Negara, kala itu Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan diiringi oleh pasukan pengamanan Presiden melintasi jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh, aku berdiri di depan POTRET Gallery, sambil menanti mobil yang digunakan oleh Pak SBY. Lalu, di belakang mobil polisi, tampak mobil Pak SBY dengan membuka kaca jendela mobilnya, Ia melambaikan tangan ke arah kami yang sedang menyaksikan Pak SBY lewat. Kami membalasnya dan merasa senang atau bahagia sekali, karena mendapat lambaian tangan dari seorang kepala negara.

Kemudian, di era Pak Jokowi, beliau sering ke Aceh dan melewati jalan di depan POTRET Gallery, jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya itu, kesempatan yang sama juga kami dapatkan. Ya, ketika Pak Jokowi melewati jalan itu, kami juga berdiri di depan toko dan mengarahkan pandangan ke mobil yang membawa Pak Jokowi. Ketika lewat, Pak Jokowi juga membuka kaca mobil sambil melemparkan senyum dan lambaian tangan ke arah kami. 

Dengan tasa terharu, kami juga membalasnya. Begitulah bahagianya kita ketika bisa bertemu, dekat atau bahkan bisa bersalaman dengan pejabat tinggi. Banyak orang yang berusaha untuk bisa bersalaman dengan sang pejabat. Apalagi sekaliber kepala negara. Akan sangat berbangga bila bisa berfoto atau selfie dengan kepala negara tersebut. Hal ini, bukan saja dirasakan dan dialami oleh orang-orang awam dan biasa, malah para pejabat pun akan sangat bangga bisa berfoto dan duduk berdampingan dengan sang Presiden.

Jadi, apalagi  sebagai orang awam, masyarakat biasa, tentu ini sesuatu yang sangat membanggakan. Ya, bisa bersalaman, bisa duduk dekat dengan para pejabat, setingkat Menteri, biasanya kita sering senang dan bahkan ada banyak orang yang merasa bangga dan menjadi momentum yang dibangga-banggakannya. Agar tidak kehilangan momentum atau hilang jejak, maka momentum itu diabadikan dalam foto kenangan. 

Kalau di zaman sekarang disebut selfie. Lalu disebarkan di dunia maya. Banyak yang like atau memberikan komentar. Maka hati pun senang. Nah, apa yang membuat seseorang senang dengan hal itu, sebenarnya masing-masing punya alasan tersendiri, termasuk penulis yang juga sedang berada di era digital yang membuat orang suka selfie itu. Ya, ini memang sudah zamannya saling selfie.

Bagi penulis yang dalam starata sosial, sebagai orang biasa, yang hanya berprofesi sebagai guru SMA di daerah paling ujung Barat Sumatera, bisa wajar juga ikut berbangga dan bersyukur karena pernah mendapat kesempatan bisa bertemu, bersalaman dan bahkan duduk se meja makan  dengan orang-orang hebat, setingkat Presiden.

Alhamdulillah, pada bulan Maret 2007, penulis mendapat berkah yang luar biasa. Ya, tidak pernah terbayangkan, bahkan tidak pernah punya rencana untuk melakukan perjalanan ke Helsinki, ibu kota Finlandia yang selama ini dikenal dengan negara yang sistem dan kualitas pendidikannya diakui sebagai yang terbaik itu. Penulis sangat bersyukur kala itu mendapat kesempatan untuk datang ke negeri yang pernah dipimpin oleh seorang Presiden Marti Ahtisaari itu. 

Kala itu, penulis mendapat undangan dari Crisis Management Initiative (CMI) yang saat itu di bawah kepemimpinan Presiden Marti Ahtisaari yang berkantor di Helsinki. Penulis mendapat undangan untuk ikut mengisi seminar Internasional di Helsinki University dan di Abo Akademi di Turku, Finlandia sebagai salah satu pembicara. Di dua Universitas/academi ini penulis mempresentasikan tentang keterlibatan perempuan Aceh dalam proses pengambilan keputusan. Di Helsinki, penulis sempat duduk bersama Presiden Marti Ahtisaari di kantornya, sekalian selfie dan menikmati sajian minuman ringan. Ini adalah sebuah momentum yang sangat berharga dan mahal.

fullsizerender-2-5a470766f13344295d62b202.jpg

Selain dengan Presiden Marti Ahtisaari, penulis juga pernah mendapatkan kesempatan emas kedua duduk semeja dengan Presiden Finlandia yang sekarang, yakni Tarja Halonen ketika beliau datang ke Aceh. Penulis, salah satu dari 5 aktivis perempuan diundang untuk makan malam di pendopo Gubernur Aceh, di Banda Aceh. Kala itu, tampuk kekuasaan atau Gubernur Aceh adalah drh, Irwandi Yusuf yang berpasangan dengan Muhammad Nazar. 

Di tengah banyaknya tamu istimewa yang hadir di acara makan malam tersebut, 5 aktivis perempuan, termasuk penulis, duduk dan makan bersama semeja dengan Sang Presiden dan Menteri pemberdayaan perempuan. Bisa dipastikan, pasti ada yang bertanya bagaimana lima aktivis perempuan tersebut bisa duduk di kursi atau meja istimewa bersama Presiden Finlandia?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline