Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Sebut Saja Mengemudi Mobil Sambil Pangku Anak itu Kolot

Diperbarui: 25 September 2017   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: 123rf.com

Tadi pagi, usai mengantarkan anakku Ananda Nayla ke sekolahnya di MIN Ule Kareng, Banda Aceh, aku langsung meluncur pulang dengan mengemudi mobil secara hati-hati, agar terhindar dari bencana kecelakaan di jalan raya. Kecepetan pun aku atur secara seimbang, menjaga dan memperhatikan marka jalan. Tidak mengambil jatah jalan orang lain dan sebagainya. Kendatipun menggunakan sabuk pengaman di Aceh itu hanya kala ada perintah atau kala ada razia, aku memakinanya, sebagai bagian dari upaya melindungi diri dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi, kapan saja dan di mana saja. Yang penting, kedisiplinan diri dalam berlalu lintas itu, urusan pribadi yang berdampak pada kepentingan umum. Maka, memamtuhi rambu-rambu lalu lintas itu, bukan karena takut ditangkap polisi lalu lintas, tetapi , sekali lagi untuk kepentingan diri dan keselamatan orang lain.

Nah, di tengah perjalanan pulan itu, aku melihat sebuah mobil hendak menyeberangi jalan, masuk ke kanan, atau ke sebelah kiri mobilku. Aku melambatkan  laju kenderaan dan memberikan jalan untuknya. Aku merasa bahagia. Namun, aku tiba-tiba merasa kesal, ketika melihat sang sopir yang sedang mengemudi itu, nyetir mobil sambil memangku anak. Tiba-tiba saja mulut saya langsung berkata kesal. " Ah, sialan. Mengendarai mobil sambil meletakkan anak di pangkuan.  Dasar tidak tahu bahaya".

Ah, aku sering sekali kesal ketika melihat perilaku banyak orang yang mengemudi mobil, terutama kala melihat yang memangku anak saat mengemudi mobil, seperti yang aku lihat tadi pagi tersebut. Kekesalan itu, sesungguhnya karena aku merasa khawatir terhadap nasib anak yang sama sekali tidk tahu, tidak faham, atau tidak mengerti akan tindakan sang ayah, atau ibu yang memangku anak kala mengemudi itu. Itu adalah tindakan ceroboh. Tindakan yang berbahaya, bukan saja bagi anak, tetapi juga bagi sang ayah atau ibu yang sedang mengemudi. Bahkan, bukan hanya membahayakan bagi mereka sekeluarga, tetapi bisa banyak orang lain yang celaka karena cara dan perilaku itu.

Sudah banyak kasus kecelakaan yang terjadi di jalan raya sebagai akibat dari perilaku orang tua yang dalam banyak perbincangan, kaatanya karena sayang anak yang salah kaprah itu. Kita sering membaca berita yang memilukan karena cara yang tidak benar ini. Beberapa bulan lalu, tepatnya hari Senin 19 Juni 2017. Tribunnews.com, Semarang, edisi 19 Juni 2017 melansir "Nyetir Sambil Momong Anak, Wahyu Tak Sadar Tabrak Lima Sepeda Motor.  Menurut Tribunnews, sopir mobil Honda Brio penyebab kecelakaan karambol di Jalan Raya Mijen, Wahyu Utoyo terus memegangi dadanya di pinggir jalan. Ia mengakui, bahwa kecelakaan itu karena kelalaiannya. "Saya tadi pas ngantuk dan momong anak, tahu-tahu di depan banyak sepeda motor," kata warga Perumahan Delta Asri II, Kecamatan Mijen itu sambil meringis kesakitan, Senin (19/6/2017).

Masih banyak kasus kecelakaan di jalan raya yang fatal, akibat dari kebiasaan buruk orang tua yang menggendong atau memangku anak sambal mengemudi tersebut yang tidak mungkin kita sebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Yang jelas, cara-cara mengemudi yang seperti ini adalah cara yang membahayakan banyak orang, pengguna jalan, maupun orang-orang yang berada di dekat areal kecelakaan tersebut.

Tak dapat dipungkiri bahwa ketika ayah atau ibu yang sedang mengemudi mobil sambal memangku anak bisa berkonsentrasi saat mengemudi. Sebagaimana kita ketahui anak-anak yang masih berumur 2 tahun atau 3 tahun itu biasanya suka melakukan hal-hal yang terkadang tidak kita sadari. Misalnya saja, saat kita mengemudi, tiba-tiba tangan anak menyolok mata kita. Maka dalam keadan kaget dan sakit, setir mobil bisa terbanting ke kiri atau ke kanan. Akibatnya adalah celaka. Sekali lagi, bukan hanya celaka pada anak yang terbentur lansgung dengan setir, juga pengemudi dan bahkan bila menabrak pengguna jalan lainnya, maka semakin bertambah jumlah korban. Selain kondisi buruk seperti ini, tentu saja masih banyak lagi akibat buruk yang akan muncul.  Selayaknya orang tua bisa lebih cerdas dan bijak dalam bekenderaan dan menjaga serta menyayangi anak. Biasanya, kalau ditanya mengapa mereka menggendong atau memangku anak saat mengemudi, yak arena sayang anak. Padahal ini bukan sayang, tetapi mendekatkan anak dan diri serta keluarga dengan bencana.

Tindakan memangku anak sambal membawa mobil ini, sesungguhnya adalah perilaku buruk yang ada di negeri kita. Kalau di luar negeri, hal ini akan jarang terjadi dabn bahakn tidak bakal terjadi, karena masyarakatnya sudah lebih dahulu membangun peradaban berkendaraan yang nayman dan selamat. Di Negara-negera lain, tertutama yang sudah maju peradabannya, anak-anak, termasuk bayi, tidak boleh digendong atau dipangku oleh siapa pun di dalam mobil. Bayi atau anak kecil harus duduk di kursi tersendiri dengan mengunakan seat belt yang aman bagi bayi dan anak. Anak-anak tidak berkeliaran di dalam mobil se[erti apa yang terjadi di negeri kita. Di samping itu, kepatuhan mereka terhadap aturan lalu lintas sudah sangat tinggi. Jadi berbeda sekali dengan apa yang terjadi di negeri kita tercinta ini. Penyebabnya pasti akan sangat banyak, misalnya rendahnya pemahaman banyak orang akan bahaya dari  mengemudi cara seperti ini. Ketika pemahaman terhadap hal itu rendah, maka berpengaruh pada rendahnya kesadaran dan bahkan tidak membaca aturan-aturan yang dibuat.

Kiranya, bila bangsa ini rajin membaca, mau mendengar serta mau belajar, hal-hal yang membahayakan semacam ini tidak boleh dilakukan. Orang tua, harus mau dan sadar mengatur anak di mobil, menggunakan sabuk pengaman dan tidak boleh duduk di pangkuan sopir. Oleh sebab itu, pihak polisi lalu limtas pun harus tegas dan memperingatkan setiap pengemudi agar tidak menggendong atau memangu anak saat mengemudi. Bukan hanya itu, sebelum banyak menimbulkan korban, pemerintah lewat Dinas Perhubungan atau yang lainnya harus melakukan sosialisasi dan upaya penyadaran  kepada semua pihak yang memiliki kenderaan. Semua ini bisa berkurang dan tidak dilakukan lagi, apabila  semua pihak peduli, serta aktif mengingatkan dan bahkan pelasaksanaan aturan lalu lintas secara benar dilaksanakan oleh semua pihak. Kalau mau, pasti bisa.

Oleh Tabrani Yunis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline