Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Anak-anak Pelaku Kekerasan dan kejahatan Seksual

Diperbarui: 4 April 2017   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Dilema anak-anak pelaku kekerasan dan kejahatan Seksual"][/caption]Oleh Tabrani Yunis

Plaaakkkkkk, plaaakkk, plaaak, plakk, bertubi-tubi tamparan dan pukulan mendarat di tubuh anak perempuan yang sudah terdorong ke sudut kelas. Bukan hanya tamparan dan tinju, tetapi juga terjangan kaki, juga bertubi-tubi menghujam tubuh perempuan kecil itu. Ia mengerang kesakitan dan menangis. Tetapi anak-anak lelaki yang masih berstatus murid SD itu tidak peduli dan tidak merasa kasihan melilihat anak perempuan itu mengerang dan menagis karena kesakitan akibat pukulan, tamparan dan terjangan yang dilakukan oleh anak-anak laki-laki dan juga anak perempuan yang dengan penuh aksi menerjang teman sekelasnya. Anak-anak itu, benar-benar sudah kehilangan rasa kemanusiaannya. Bahkan mereka merasa bangga ketika melakukan itu. Mereka berani menampakkan wajah mereka di rekaman kamera dengan penuh rasa hebat. Itulah aksi bully yang dilakukan oleh beberapa anak SD di Sumatera barat yang pernah di-upload di facebook beberapa waktu lalu.

Nah, dua hari lalu, aksi serupa yang direkam dalam video tentang tindakan bully yang dilakukan beberapa pelajar yang membuat hati kita merasa sangat panas terhadap tindakan tersebut. Betapa tidak, tindak kekerasan dalam bentuk bully yang dilakukan oleh beberapa pelajar ini tampak sangat brutal. Para pelajar, pelaku bully ini tidak segan-segan, tanpa rasa iba menganiaya teman sebayanya dengan pukulan, tamparan, terjangan dan tinju yang terus menerus mendarat di tubuh korban bully itu. Sungguh sangat memilukan. Tindakan para pelajar ini sama dengan apa yang terjadi dengan anak perempuan di Sumatera barat itu. Bedanya, dalam kasus kedua ini, korbannya adalah anak laki-laki. Pelaku dalam video kedua yang penulis tonton ini katanya kejadian di tahun 2014 di Malaysia. Terlepas itu di Malaysia, atau di luar negeri. Ransanya naluris kemanusiaan kita pasti sangat terusik dan tidak sanggup melihat aksi kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak tersebut. Sangat menyedihkan dan menggeramkan sekali menontin video yang diunggah di facebook itu.

Kemudian, dalam kasus meninggalnya Nurul Fatimah (11), bocah berusia 11 tahun siswi Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN), Keunaloi, Kecamatan Seulimum, Aceh Besar yang diberitkan bahwa Nurul meninggal setelah mendapat kekerasan 4 teman sekelasnya. Kecurigaan keluarga Nurul mendapatkan kekerasan setelah melihat ada memar di tangan dan dada korban. Peristiwa meninggalnya Nurul Fatimah ini membuat kasus tindak kekerasan terhadap anak menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat, terutama di Aceh. Karena jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Aceh selama 4 tahun terakhir dikabarkan sudah menjadi gunung es. Betapa tidak, seperti diberitakan Serambi Indonesia tanggal 17 Oktober 2015 bahwa jumlahnya mencapai 1.326 kasus. Sedangkan upaya pencegahannya belum maksimal, bahkan dananya sangat minim. Untuk menyelamatkan generasi Aceh ke depan perlu dilakukan langkah-langkah startegis dan kalau perlu perlu dibentuk qanun khusus. Hal itu mengemuka dalam Rapat Pleno IV Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Aceh (TKPPA) yang berlangsung Kamis (15/10) di Hotel Grand Nanggroe, Banda Aceh. Jadi, kondisinya saat ini bukan lagi fenomena gunung es, tetapi adalah realitas gunung es, yang sedang mencair di permukaan, tetapi belum diungkap hingga ke tengah, apalagi ke landasan.

Nah, apa yang menyedihkan kita dalam kasus- kasus kekerasan seperti bully di sekolah, pelakunya murid atau pelajar. Dilihat dari sudut usia, mereka adalah kelompok anak-anak yang masih tergolong ke dalam kelompok anak yang masih di bawah umur. Mereka adalah para pelajar pelaku criminal atau pelaku kejahatan yang bukan hanya dalam kasus bully, tetapi juga dalam kasus-kasus kekerasan seksual, misalnya kasus perkosaan dan pelecehan seksual. Saat ini, kasus-kasus bully dan tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh kalangan pelajar yang masih di bawah umur ini semakin serimng kita dengar dan terjadi di sekitar kita. Ini benar-benar memprihatinkan kita saat ini, karena akan sangat membahyakan masa depan anak-anak bangsa ini ke depan. Di samping menyebabkan banyak korban karena tindak kekerasan dan kejahatan oleh anak-anak tersebut, anak-anak pelaku dan korban tindak kekerasan tersebut juga berada dalam kondisi yang berbahaya bagi masa depan mereka. Para pelaku kejahatan, dikhawatirkan akan tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang brutal, barbar dan kejam. Sementara yang menjadi korban kekerasan dan korban kejahatan seksual akan sekaku hidup dslam trauma yang berkepanjangan. Jadi sangat mengkhawatirkan bukan?

Memang sangat mengkhawatirkan kita. Oleh sebab itu agar kelak tidak semakin buruk dan membahayakan masa deoan anak-anak kita, segala kejadian atau peristiwa yang selama ini sudah terjadi, harus segera disikpai dengan bijak dan hati-hati, Namun, agar tidak salah dalam bertindak, para pihak harus menggali akar masalah dari berbagai kasus yang telah terjadi tersebut. Kita harus mempertanyakan mengapa semakin hari, semakin sering kita mendengar dan membawa berita mengenai tindakan kekerasan seperti bully dan kekerasan seksual itu terjadi dan dilakukan oleh anak-anak yang masih di bawah umur tersebut? Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, tentu penyebab dari banyaknya kasus tindak kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar yang masih bawah umur tersebut harus dilihat secara komprehensif. Banyak variable dan factor yang menyebabkan meningkatnya kasus-kasus kekerasan dan kejahatan seksual yang mengorbankan anak-anak dana oleh anak-anak tersebut. Tentu tak dapat dipungkiri bahwa banyak penyebabnya, baik internal maupun secara eksternal. Secara internal, penyebabnya adalah karena runtuhnya tatanan kehidupan keluarga. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, sudah tidak menjalankan fungsinya dengan baik dan optimal. Keluarga yang diharapkan menjadi institusi basis pendidikan bagi anak yang andalan, kini sudah berantakan. Banyak keluarga yang tidak lagi berfungsi dengan baik. Anak-anak yang seharusnya belajar akhlak pertama seklai di rumah, kini mereka sudah banyak yang kehilangan keteladanan di rumah. Kondisi rumah tangga yang broken home misalnya, akan sangat mempengaruhi jiwa anak-anak mereka. Bahkan anak-anak dari keluarga broken home tersebut cendrung banyak melakukan tindakan-tindakan yang merusak. Kondisi kehidupan dan proses pendidikan di dalam keluarga kebanyakan saat ini tidak ubahnya seperti apa yang diingatkan oleh Buya Hamka dengan sebutan ‘Runtuhnya Surau kami” Keluarga sudah mulai runtuk digerus oleh zaman, karena pendidikan akhlak di dalam keluarga semakin sulit didapat.

Selain faktor internal di atas, banyak pula factor eksternal yang menyebabkan munculnya para criminal bawah umur yang melakukan tindakan kekerasan seperti bully dan tindak kejahatan seksual terhadap anak-anak. Beberapa factor tersebut diantaranya : Pertama, era globalisasi ini telah membawa perubahan besar bagi kehidupan manusia. Zaman berubah begitu cepat, sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dan hadirnya berbagai macam alat komunikasi informasi, seperti gadget, memberikan kemudahan bagi anak untuk mengakses berbagai macam sajian informasi. Bukan saja informasi yang sehat, tetapi lebih banyak informasi dan sajian yang merusak. Sebagai salah satu contoh adalah terkait dengan sajian mainan atau game online yang cendrung berbau atau bahkan berpola kekerasan. Ini mendorong anak-anak menonton berbagai hiburan kekerasan yang kemudian menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak untuk kemudian mempraktekkan dalam bentuk aksi bully terhadap rekan atau teman sekelas atau kelas yang berbeda. Begitu pula kemudahan akses terhadap video porno oleh anak-anak dewasa ini, yang menorong mereka melakukan tidakan kejahatan seksual terhadap anak-anak sebaya atau di bawah usia mereka. Masih banyak ssekali factor penyebab dari luar, bila kita identifikasi satu persatu. Yang jelas bahwa meningkatnya kasus kekerasan dan kejahatan seksual oleh anak-anak terhadap anak-anak, tidak disebabkan oleh hanya satu variable atau satu factor saja, akan tetapi oleh banyak factor.

Hmm, ketika dalam banyak kasus bully dan kejahatan seksual tersebut, dilakukan oleh anak-anak yang masih bawah umur, maka masalah ini menjadi sangat dilematis. Dikatakan demikian, karena di satu sisi, kita ingin memberikan hukuman yang setimpal atau seberat-beratnya kepada pelaku tindak kekerasan dan kejahatan seksual, tapi anak-anak tersebut masih berstatus di bawah umur. Anak-anak yang masih bawah umur, belum bisa dihukum. Sebab apabila diberikan hukuman sebagaimana layaknya orang dewasa, maka dikahwatirkan anak tersebut akan kehilangan masa depan. Begitu pula ketika anak-anak tersebut disidang di pengadilan dan dijatuhkan hukuman,sebagai pembunuh, maka anak-anak tersebut juga mengalami tinakan pembunuhan karakter yang mematikan masa depan mereka. Sebaliknya, bila anak-anak pelaku tindak kekerasan, pelaku bully dan juga pelaku kekerasan seksual tidak dihentkan, maka dikhawatirkan semakin parah tindak kekerasan seksual dan kejahatan oleh anak-naka tersebut, Jadi sangat dilematis.

Memang sangat dilematis. Namun demikian, upaya untuk mengurangi terjadinya tidak kekerasan atau bully di sekolah, harus segera dilakukan dengan berbagai cara. Basisnya adalah pada pendidikan akhlak di rumah dan di sekolah serta di masyarakat. Lalu, selain harus mengembalikan upaya untuk membina keluarga yang berkualitas,   Pihak sekolah wajib memasang kamera CCTV di setiap ruang belajar, belakang sekolah dan di samping serta di halaman, agar mudah memantau gerakan anak di sekolah  oleh guru dan kepala sekolah pada saat anak bersekolah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline