Lihat ke Halaman Asli

Tabrani Yunis

TERVERIFIKASI

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Ini Cara Agar Anak Berbahasa Inggris Sejak Dini

Diperbarui: 22 Agustus 2015   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Tabrani Yunis

Wow, anak abang  bisa berbicara  bahasa Inggris dengan lancar ya? Ya, jawabku.  Berapa umurnya? Tanyanya lagi. Aku katakan aku punya dua orang anak. Kedua-duanya perempuan. Anak yang pertama diberi nama Ananda Nayla yang padsa 11 Januari 2016 nanti akan berusia 7 tahun. Sekarang ia baru masuk atau duduk di kelas I (satu) Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di Ule Kareng, Banda Aceh. Ia sudah berbahasa Inggris sejak lahir. Anak yang kedua diberi nama Aqila Azalea Tabrani Yunis. Kini ia masih berusia 3.6 tahun. Belum mau sekolah. Ia suka main bola dan sangat lucu serta punya gaya yang ekspresif. Jadi kedua-duanya bisa berbicara dalam bahasa Inggris, bang? Ya, jawabku. Kedua anak ini mahir berbahasa Inggris. Pokoknya, keduanya berkomunikasi dalam bahasa Inggris denganku dan dengan orang-orang yang berbahasa Inggris dengan mereka, kapan saja dan dimana saja.

Hmm, apa abang dan keluarga pernah tinggal di luar negeri? Timpalnya lagi dengan penuh rasa ingin tahu. Aku katakan, aku memang sudah beberap kali ke luar negeri dan yang belum pernah aku pergi ke benua Afrika, tetapi isteri dan kedua anakku belum pernah, kecuali ke Jakarta dan Medan. Kalau ke luar negeri mereka belum pernah. Lalu, bagaimana mereka bisa berbahasa Inggris? Apakah abang mengantarkan keduanya ke kursus bahasa Inggris?  Ceritakanlah bang bagaimana anak sekecil ini, tanpa belajar bahasa Inggris di kursus dan tidak pernah tinggal di luar negeri, tetapi lancar sekali bahasa Inggris mereka.

Ya, mereka bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris sejak lahir dan tidak pernah belajar bahasa Inggris, apa lagi belajar di kursus bahasa Inggris. Mereka masih sangat keil untuk diantar ke kursus bahasa Inggris. Jadi, mereka belajar bahasa Inggris di rumah. Caranya, mulai dari ia masih dalam kandungan, ketika aku mendengar dan meraba gerakan-gerakan terjangan kaki mereka di dalam kandungan ibunya, aku mulai mengkomunikasikan dalam bahasa Inggris. Sementara ibunya dalam bahasa Indonesia. Lalu, ketika mereka sudah lahir, sama seperti ibu mereka yang seharian berbicara dengan bayi dalam bahasa Indonesia, tetapi aku berbicara dengan bayiku dalam bahasa Inggris.Jadi, bahasa Indonesia adalah bahasa pertama bagi kedua anakku dan bahasa Inggris merupakan bahasa kedua. Berarti mereka sejak bayi itu sudah menggunakan bahasa Inggris.

Apa pula yang harus dilakukan agar anak bisa berbahasa Inggris dengan lancar? Jawabnya adalah ketika kita sudah memulai menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan anak anak-anak, maka kita memnag harus sangat disiplin dalam menggunakan bahasa. Aku mempraktekkan disiplin berbahasa tersebut dengan kedua anakku. Aku tidak mau berbicara dalam bahasa Indonesia dengan mereka, harus selalu dalam bahasa Inggris, kapan saja, baik di waktu pagi, siang dan malam serta saat bangun tidur  pun anak ku terbangun sambil mengucapkan Good Morning Ayah. Kedisiplinan berbahasa itu juga aku praktekan ketika anak-anak ku berada di masa saja, di rumah, di pasar, di restoran dan bahkan di kampung kakek dan nenek mereka, aku tetap berbahasa Inggris dengan mereka. Pokoknya, tiada hari tanpa bahasa Inggris.  Bahasa Inggris memang menjadi bahasa sehar-hari aku dan kedua anak ku.

Apakah di komunitas kecil, yakni di keluarga yang hanya berkomunikasi dengan ayah dan adik itu cukup untuk membuat anak-anak bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan lancar? Pasti jawabnya tidak cukup kali ya. Namun sekali lagi, tergantung pula frekwensi pertemuan kita dengan anak-anak. Secara ril, di dalam masyarakat kita, anak-anak akan berteman banyak di sekitar rumah dengan anak-anak yang berbahasa Indonesia. Bagiku itu tidak masalah. Yang penting aku dan anakku berbahasa Inggris sepanjang hari dan bahkan sepanjang malam. Makanya, ketika ia memulai berbahasa Indonesia denganku, misalnya bertanya dalam bahasa Indonesia, aku pura-pura tidak dengar, atau mengatakan I beg your pardon?  Bahkan, aku mengataan, sorry, I dont undertand. Can you say it again? lalu anak ku mengatakannya dalam bahasa Inggris.

Nah, mengingat lingkungan tempat tinggal bukan di Eropa, atau di Amerika maupun Canada dan Melbourne, maka agar kemampuan bahsa Inggris mereka bisa terus berkemmbang dengan baik, saya menjadikan televisi sebagai guru bahasa Inggris mereka. ya tentu saja, aku harus sangat seletif dalam memilih siara televisi. Aku sangat melarang anak dan isteriku menonton sinetron-sinetron di televisi. Kepada kedua anakku, aku suguhkan sajian kartun yang non-violence dan selalau berbahasa Inggris. Aku menggunaan Tv berlangganan dan memilih film cartoon yang membuat mereka kaya dengan vocabulary dan ungkapan-ungkapan yang sangat menarik. Mialnya Hi Five, Nick Jr dan lain-lain. Di televisi ini, kedua anakku banyak sekali mereka dapatkan. bahkan banyak kata yang aku tidak pernah gunakan dengan mereka, mereka bisa menjelaskan kepadaku, khususnya Naila yang sudah kelas I MIN itu.

Selain menonton telveisi, aku suka membacakan cerita-cerita dalam bahasa Inggris kepada anak-anak ku. Mereka minta aku untuk membaca buku cerita. Can you read me this story? Begitu permintaannya agar aku membaca cerita dalam bahasa Inggris tersebut. Aku pun menyempatkan diri membaca satu atau dua cerita pendek itu. Ini dilakukan sebanyak mungkin agar anak juga cinta dengan bacaan dan bahasa Inggris. Mungkin boleh jadi, cara ini kita sebutkan sebagai home schooling pembelajaran bahasa Inggris.

Jadi, dengan cara ini, anak tidak belajar bahasa Inggris seperti konsep belajar di sekolah, dimana anak belajar bahasa Inggris, sekaligus dengan menulis bahasa Inggris, atau anak diajarkan bahasa Inggris, tetapi yang diperkenalkan adalah grammar. nah, kalau ini yang dilakukan, maka anak-anak akan berhadapan dengan banyak kesulitan, misalnya kesulitan menulis dan juga kesulitan karena harus mengenal grammar. semenytara yang aku praktekkan tidak, aku hanya ingin anak-anakku mempraktekan pendekan, Say what you want to say. Aku sendiri sangat takut kalau di sekolah anakku yang masih kelas satu dan belum bisa baca tulis dengan lancar, lalu disuguhkan dengan pelajaran bahasa Inggris yang diajarkab membaca dan menulis bahasa Inggris itu.

Lalu bagaimana? Anda Ingin mempraktekkannya? Silakan saja dicoba. Aku sudah mencobanya terhadap dua anakku yang sudah hilang saat bencana tsunami dan juga kepada kedua anakku yang baru dan masih kecil-kecil ini. Hitung-hitung, ini bisa menjadi modal bagi mereka di masa depan. Jadi, dengan cara ini, aku tidak harus mengantarkan anak-anakku ke kursus bahasa Inggris yang akan mengeluarkan uang jutaan rupiah itu. Semoga saja mereka semakin mahir.

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline