Lihat ke Halaman Asli

Curahan Hati Korban Lumpur Lapindo

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada tanggal 29 Mei 2006 masyarakat Porong, Kab Sidoarjo dikejutkan dengan adanya semburan lumpur yang diikuti dengan bau gas seperti telur busuk. Warga memperkirakan semua itu berasal dari tempat pengeboran gas dan minyak milik PT. Lapindo Brantas yang mengalami kebocoran saat melakukan pengeboran gas dan minyak. Banyak area pengeboran milik Lapindo yang tersebar di wilayah Sidoarjo. Buble/semburan lumpur dan gas diluar area pengeburan lumpur Lapindo pada jarak 200m tepatnya di desa Siring dengan debit lumpur panas yang dimuntahkan dari buble antara 5.000 meter per hari. Kian hari lumpur panas yang dikeluarkan semakin meningkat dan menyebar mengenai pemukiman penduduk yang berdekatan dengan areal semburan. Upaya yang dilakukan menahan laju lumpur agar tidak masuk kepabrik maupun pemukiman penduduk disekitar semburan, dibuatlah tanggul-tanggul penahanantaslumpur panas. Upaya tersebut tidak semudah yang diperkirakan,karena disekeliling banyak berdiri pabrik dan padat rumah penduduk. Melihat kondisi semakin sulit dikendalikan dan pihak PT. Lapindo Brantas tidak mampu mengkondisikan keadaan,maka Pemerintah membentuk Timnas penanggulangan lumpur Sidoarjo dengan membuat tanggul dipusat semburan dengan ketinggian tanggul berbentuk cincin kurang lebih 29m. Volume lumpur panas yang di muntahkan dari pusat semburan mencapai kurang lebih 100.000m per hari. Itupun melihat pasang surut air laut, di saat air laut pasang lumpur yang dimuntahkan mencapai kurang lebih 130.000m per hari dan dengan suhu atau panas lumpur yang ada di pusat semburan mencapai di atas 100 derajat celcius.

Desa Jatirjo adalah bagian dari Kec. Porong dengan luas kurang lebih 350 hektar dengan jumlah penduduk 8.000 jiwa. Yang mempunyai lingkungan strategis dan nyaman. Desa Jatirejo adalah desa yang pertama kali ditenggelamkan oleh lumpur dengan ketinggian 10m. Tanggul penahan lumpur di desa Jatirejo tidak mampu menahan desakan laju lumpur, maka tanggul penahan lumpur jebol. Kejadian jebolnya tanggul pada malam hari di saat warga tidur lelap, mendengar tanggul jebol warga berlarian menyelamatkan diri ke arah jalan raya tanpa memikirkan harta benda yang ada dirumah pada saat itu. Menurut cerita dari warga korban lumpur Lapindo pada waku saya datang ke lokasi kejadian sangat memilukan karen pada desa tersebut banyak warga lanjut usia yang sudah tidak dapat berjalan atau sakit maka proses evakuasiny dengan cara di gendong atau di gotong. Di lokasi pengungsian mereka hidup seadanya dengan WC umum dan kamar mandi yang bagi mereka kurang sehat dan mereka menempatinya selama 4 bulan .

Sampai saat ini ganti rugi untuk penggantian lahan yang rusak karena lumpur pun masih banyak yang belum selasai secara final, padahal mereka telah kehilangan mata pencaharian karena kebanyakan dari warga Jatirejo adalah petani.

Warga desa Jatirejo pernah pula berunjuk rasa dengan melumuri tubuh mereka dengan lumpur, padahal lumpur tersebut bila mengenai kulit sulit untuk dibersihkan dan terkadang membuat iritasi kulit. Namun perhatian Pemerintah dinilai sangat kurang sampai saat ini.

Inilah sisi dari kehidupan yang tidak pernah kita tengok bagaimana pedihnya bila terjadi bencana karena ulah Manusia. Semoga semua itu bisa kita jadikan kaca diri untuk selalu berintropeksi diri.

Sumber “warga korban Lumpur Lapindo”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline