Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Puting Beliung

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari ini, saat aku membuat tulisan ini tepatnya tanggal 25 September Jogja terjadi bencana angin Puting Beliung, ini benar-benar pengalaman pertamaku yang bagiku sangat unik. Soalnya aku merasakan saat-saat menegangkan tetapi aku masih bisa tertawa di tengah-tengah suasana seprti itu.

Siang itu cuaca di Jogja panas banget aku bersama salah satu karyawan sedang berbelanja perlengkapan loundry di Bringharjo, setelah semuanya selesai aku mampir di sebuah warung makan karena perutku sudah saatnya di isi, es jeruk dan gado-gado selesai ku lahap tiba-tiba dari luar ku dengar banyak orang teriak-teriak dan banyak daun dan sisa kantong plastik atau sampah berterbangan dimana-mana, banyak anak-anak yang nangis. Spontan aku langsung keluar dari warung itu dan melihat apa yang terjadi dan ternyata Ya Tuhan....aku melihat semuanya berantakan banyak lapak rusak terkena angin, aku melihat seorang ibu yang lapaknya pun ikut terkena sabetan ganasnya angin beliung itu kelihatannya ibu itu lemas melihat dagangannya porak poranda. Kakiku langsung lemas, keringat dingin pun keluar, kakiku gemeteran melihat kejadian itu, aku ngga’ menyangka di siang bolong dengan teriknya matahari ada angin yang begitu ganasnya. Tanpa pikir panjang lagi aku ambil dompet lalu membayar makananku tadi serta membawa belanjaanku berlalu dari tempat itu bermaksud untuk pulang, tapi setelah aku sampai di tempat perkir motor terjadi kemacetan karena bukan aku saja yang ingin berlalu dari tempat itu akupun jadi panik karena di luar angin semakin kencang. Saat aku menunggu motorku bisa keluar dari parkiran aku melihat bapak-bapak sedang membenahi payung besarnya yang terbalik saat terkena angin dia pun ikut terbawa angin berpindah tempat sejauh 1 meter dengan tempat berdirinya tadi. Sempat aku ingin tertawa, tapi bukan sikonnya untuk tertawa jadi aku hanya bisa tersenyum kecut.

Motor pun telah bisa keluar dari parkiran, dan aku mulai melaju dengan motorku untuk segera pulang dan segera tiba di rumah. Tapi apa yang ku alami di jalan..?? kemacetan panjang selidik-selidik punya selidik penyebab kemacetan adalah robohnya baliho di depan hotel Melia. Banyak paku berceceran dijalan sampe-sampe aku bingung memiih jalan takut kalau pakunya kegilas ban motorku bisa bocor dech....

Hal yang membuat aku tertawa dalam suasana kalut seperti itu dan menurutku ngga’ sepantasnya aku bergurau dengan temanku yang satu itu, tapi karena waktu dipasar aku hanya bisa tersenyum kecut maka karena hal yang satu ini bagiku menarik untuk ditertawakan.hehe......

Jalan mataram, iya di jalan itu aku bisa melihat kesibukan dan hiruk pikuknya para penjual dvd dan cd kaset semua bingung megangi lapaknya karena mau terbawa angin, dan sambil megangi tiang tenda-tendany sambil berteriak-teriak panik. Spontan aku tertawa melihat..Ya Tuhan….apa yang terjadi di kota ini??

Hihi….tawaku nakal disela-sela paniknya kota ini…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline