Lihat ke Halaman Asli

Isu Global yang Bawa Misi Agama Sering Jadi Alat Kelompok Radikal

Diperbarui: 6 Januari 2024   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bawaslu Mamuju Tengah

Perpecahan sebuah bangsa seringkali timbul karena hal yang tidak jelas atau hal kecil. Pihak-pihak tertentu memperuncingnya sehingga menjadi konflik berkepanjangan dan tidak pernah putus.

Pada negara kita, seringkali kita bermusuhan untuk sebab yang tidak terlalu jelas atau hal kecil. Bisa juga karena hal yang tidak terlalu jelas namun pihak tertentu mempelintirnya sehingga bangsa kita terpecah. Atau bisa juga memberi prespektif yang berbeda dan asing  dan rakyat seperti dibodoh-bodohi terhadap faham yang sepertinya ajaran agama atau hal  yang sepertinya baik namun sebenarnya tidak baik.

Seperti yang telah lewat , pada tahun 2010- 2014 , Islamic State (ISIS) yang berada di Suriah gembar gembor menyerukan jihad bagi umat muslim yang berperang melawan pemerintah sah Suriah. Mereka menggunakan dalil agama dan gimmick yang sangat meyakinkan sehingga ratusan ribu, bahkan jutaan orang terpengaruh pada hal itu. Mereka terjebak pada kampanye ISIS melakui media sosial yang meyakinkan mereka bahwa jihad masa kini adalah mewujudkan negara islam yang berdasarkan syariat Islam. Kita tahu banyak sekalui warga Indonesia yang terpengaruh pada halk itu. Mereka meninggalkan apa yang mereka punya di Indoensia dan bergabung dengan ISIS. Setelah waktu berlalu mereka mendapati bahwa apa yang disebut dengan jihad adalah perjuangan politik ISIS untuk mewujudkan keinginan mereka mendirikan agama. Artinya ambisi pribadila atau kelompoklah yang sebenarnya mereka perjuangkan.

Begitu juga dengan konflik Israel-Palestina juga menjadi salah satu isu yang ditunggangi. Output-nya di antaranya adalah munculnya Foreign Terrorist Fighter, lahirnya militansi berbasis 'islamic solidarity', dan tuduhan Negara tidak berpihak kepada Palestina. Ketiganya merupakan fondasi propaganda yang disebar secara massif di media online memanfaatkan narasi 'Islam terzalimi' di Gaza. Dua isu besar tersebut hanyalah sebagian dari beberapa tantangan dalam upaya membangun ulang bangsa yang rukun dan sentosa.

Seiring pergantian tahun, saatnya bagi umat beragama untuk merefleksikan perjalanan tahun 2023. Sebuah tahun yang tidak hanya penuh dengan tantangan, tapi juga peluang. Salah satu peluangnya adalah keterlibatan umat beragama dalam proyek-proyek kemanusiaan. Misalnya dengan berkolaborasi menanggulangi isu perubahan iklim, kelaparan, dan ketidaksetaraan.

Keterlibatan ini penting karena isu-isu global selalu menjadi pintu masuk kelompok radikal terorisme dalam menyebarkan pahamnya. Artinya, upaya kolaborasi ini dilakukan bukan hanya dalam membangun kesejahteraan Bersama, namun juga menutup akses diseminasi dan propaganda kelompok radikal terorisme di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline