Lihat ke Halaman Asli

Perbedaan Tetap Ada Namun Persatuan adalah Segalanya

Diperbarui: 26 Oktober 2022   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

boombastis

 

Apakah anda pernah mendengar Mohammad Natsir yang merupakan pendiri partai Masyumi ? M Natsir yang tentu saja beragama Islam punya dua sahabat yaitu dr J Leimena seorang dokter, aktivis Kristen dan piawai dalam negosiasi dan Joseph Kasimo yang beragama Katolik. Tiga sahabat ini merupakan orang pergerakan, berbeda keyakinan namun bersahabat.

Ada kisah menarik dari tiga sahabat ini. Mereka bertiga berbeda keyakinan, berbeda prinsip. Joseph Masiomo dan Leimena adalah dua orang non muslim sepenuhnya orang Indonesia dan menganjurkan agar masing-masing orang teguh dalam agamanya masing-masing -orang Kristen tetap teguh dan tegun dalan kekristenannya, begitu juga dengan Katolik tetap teguh dan tekun dalam agama Katoliknya. 

Hanya M. Natsir yang memang ingin syaiat islam berlaku di Indonesia. Merek sering berbeda pendapat dan berdebat soal kebangsaan dan cita-cita Indonesia. Namun itu tidak menggoyahkan persahabatan mereka.

Partai Masyumi dimana M. Natsir aktif, dituduh turut terlibat dalam pemberontakan Darul Islam / tentara Islam Indonesia (DI/TII)pada tahun 1950-an. 

Pemberontakan itu merupakan salah satu sejarah buruk bagi Indonesia. Sebagai sahabat, J. Leimena berusaha melobby  Soekarno agar Masyumi tidak dibubarkan oleh Presiden Soekarno. Sejarah mencatat, Soekarno tetap membubarkan partai itu pada tahun 1960.

Persahabatan M. Natsir dan Leimena bisa dilihat (dibaca) dari tulisan obituary untuk mengenal Leimena yang wafat pada tahun 1977. 

Natsir memuji Leimena sebagai orang yang lembut hati. Leimena dianggapnya sebagai patriot bangsa sekaligus pemimpin umat Kristen, apalagi ia kerap menganjurkan soal bagaimana agama kristen ini juga bisa kok berkontribusi penting bagi negara. "Soal yang terpenting bagi orang Kristen yang berasal dari Maluku ialah memeluk agama Kristen dan menjadi seorang warga negara Indonesia," ujarnya.

Apa pesan moral dari kisah tiga politikus ini ?

Perbedaan itu selalu ada di sekitar kita. Entah itu kolega kerja, pasien dari dokter yang berbeda keyakinan, guru dan murid yang mungkin berbeda keyakinan, atau satu tim basket atau sepakbola yang mungkin punya anggota tim yang berbeda-beda suku dan agama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline