"Martini, shaken not stirred."
Penggemar James Bond (selanjutnya saya tulis JB) tentu tidak asing dengan ucapan ini.
Saya belum pernah minum koktail martini, yang merupakan campuran antara gin (atau vodka), vermouth, dan bahan lain. Sehingga tidak bisa membayangkan bagaimana perbedaan rasa antara martini yang dibuat dengan cara dikocok dan diaduk.
Kalau menganalogikan dengan makanan Indonesia, perbedaannya mungkin mirip dengan cara makan bubur dicampur atau tidak. Bagi saya sih, tidak ada perbedaan rasa ketika makan bubur dicampur atau tidak. Saya kadang makan bubur dicampur ketika terburu-buru, atau tidak dicampur saat makan bubur dengan santik (santai dan "cantik").
Bulan Oktober ini keadaan darurat di Tokyo serta beberapa daerah lain berakhir. Bersamaan dengan itu, tempat hiburan yang dapat menampung banyak penonton dalam ruangan tertutup akhirnya dibuka kembali. Akhirnya minggu lalu saya bisa menonton film JB terbaru No Time To Die (NTTD) di bioskop Wald9, tempat favorit jika ingin menonton di Shinjuku.
Meskipun penonton tetap harus mengenakan masker di dalam bioskop (kecuali saat makan popcorn atau minum), namun tidak sia-sia penantian selama 18 bulan, sejak film ini diumumkan akan diputar perdana pada bulan April tahun 2020.
Tentu tidak perlu diceritakan lagi bahwa saya sangat menikmati film ke-25 serial 007 tersebut. Ini merupakan film terakhir Daniel Craig dalam kariernya memerankan tokoh JB selama 15 tahun.
Ketika berbicara film-film JB, ada banyak hal yang dapat kita bahas.
Misalnya Anda bisa berbicara tentang Bond girl, yang merupakan salah satu magnet kuat film JB. Sebut saja nama Lea Seydoux, Monica Bellucci, Halle Berry, dan masih banyak lagi nama lain.
Sedikit bocoran ya, saya tidak mempunyai favorit Bond girl. Alasannya karena sudah terlanjur kesengsem dengan Kate Beckinsale, yang membintangi Pearl Harbor, Van Helsing dan sequel Underworld.