Pada tahun 2013, tepatnya bulan September, omotenashi mendadak jadi istilah bahasa Jepang yang populer di dunia.
Alasannya, salah satu presentasi dari tim Jepang dalam rangka menentukan tempat penyelenggaraan olimpiade musim panas tahun 2020, menggunakan kata tersebut.
Adalah Takigawa Christel, wanita berdarah campuran antara Perancis dan Jepang memperkenalkan kata omotenashi pada presentasi yang diselenggarakan di Buenos Aires, Argentina.
Tokyo, memang akhirnya terpilih menjadi host city olimpiade musim panas tahun 2020.
Sebelum membahas lebih jauh tentang omotenashi, saya ingin mengajak Anda untuk kilas balik sejarah pelaksanaan olimpiade.
Olimpiade modern yang diselenggarakan mulai tahun 1896, asal usulnya adalah pertandingan yang diadakan tahun 776 SM di Yunani kuno di daerah Olimpia.
Ada beberapa perbedaan antara olimpiade kuno, dengan olimpiade modern yang kita laksanakan sekarang.
Misalnya saja, olimpiade kuno lebih condong ke acara keagamaan untuk memuliakan dewa-dewa, terutama dewa Zeus. Kemudian olimpiade kuno dilaksanakan secara "terbuka".
Terbuka di sini adalah selain diadakan di ruang terbuka dengan penonton membeludak dan riuh rendah, atlet yang turut ambil bagian pada acara juga "terbuka", alias tidak mengenakan sehelai benang pun.
Hal ini bisa dimaklumi karena tujuan olimpiade kuno adalah untuk memuliakan dewa, maka orang berusaha menampilkan kekuatan serta kemampuan fisik, dan keindahan otot tubuh mereka agar mendapat tempat (disukai) oleh dewa yang dipujanya.