Komputer kuantum. Mesin yang pintar, tapi rewel di lingkungan kerja.
Memasuki bulan Mei 2021, kita bisa membaca beberapa berita yang berhubungan dengan komputer kuantum.
Diantaranya adalah, tentang berhasilnya Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok membuat prototipe komputer kuantum dengan kemampuan qubit terbanyak di duniya, yaitu 62 qubit.
Kemudian perusahaan finansial terkemuka dunia Goldman Sachs, bekerja sama dengan perusahaan teknologi komputer kuantum QC Ware, berhasil merancang algoritme baru komputer kuantum. Dengan algoritme baru ini, diharapkan komputer kuantum dengan fungsi penuh yang tidak lama lagi akan muncul, dapat digunakan untuk kepentingan penghitungan finansial secara efektif.
Sebelum melanjutkan lebih jauh, saya ingin bertanya apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar atau membaca kalimat komputer kuantum?
Saya yakin setiap orang mempunyai persepsi masing-masing. Bagi Anda yang asing dengan istilah komputer kuantum, saya akan membantu untuk memberikan sedikit gambaran.
Kita mulai dari kuantum. Istilah ini digunakan untuk partikel yang lebih kecil dari atom. Biasanya disebut juga sebagai partikel dasar, misalnya neutrino, muon, dan quarks.
Nah, komputer kuantum menggunakan karakteristik dari partikel dasar itu sebagai basis untuk melakukan penghitungan.
Sebagai catatan, istilah kuantum sebenarnya lebih dahulu digunakan dalam bidang fisika. Anda mungkin tahu mekanika kuantum, yang tergolong ilmu baru karena mulai digunakan pada awal abad ke-20.
Mekanika kuantum digunakan karena ada beberapa peristiwa ternyata tidak bisa dijelaskan menggunakan prinsip mekanika klasik yang sudah lebih dahulu dipakai.