Penduduk Hiroshima sedang melakukan kegiatan sehari-hari pada tanggal 6 Agustus 1945 yang panas dan pengap. Masyarakat tidak mengetahui bahwa di saat yang sama jauh di langit, rombongan pesawat bomber B-29 milik Amerika perlahan mendekat, bak gerombolan cheetah yang mendekati dan siap menyerang kerumunan rusa di sabana. Salah satu pesawat yang bernama Enola Gay, yang merupakan nama ibu dari sang pilot pesawat Paul Tibbets, membawa bom uranium "Little Boy" yang berkekuatan 15 kiloton.
Kemudian pukul 9:12 bom diaktifkan, dan pukul 9:15 ruang penyimpanan bom dibuka sehingga "Little Boy" meluncur kebawah dan hasilnya seperti kita semua tahu, meledaklah bom atom pertama yang dipakai sebagai senjata pemusnah dalam peperangan, yang kemudian juga dicatat sebagai sejarah hitam dunia.
Selanjutnya tanggal 9 Agustus, bom plutonium "Fat Man" dijatuhkan di Kota Nagasaki. Dua peristiwa itu mengakibatkan hancurnya kota Hiroshima dan Nagasaki, dengan korban manusia lebih dari 250 ribu orang, yang meninggal sebagai efek langsung pada saat bom itu meledak, maupun tidak langsung misalnya akibat efek radiasi yang ditimbulkan setelahnya.
Hal itu pula yang menjadi pemicu siaran Gyokuon Housou di Radio NHK pada tanggal 15 Agustus jam 12 siang. Dalam siaran itu yang merupakan suara rekaman dari piringan hitam, Kaisar Jepang Hirohito mengumumkan kepada rakyatnya bahwa Jepang telah menerima hasil dari Deklarasi Postdam tanpa syarat, yang otomatis merupakan pernyataan bertekuk lututnya Jepang terhadap Amerika dan sekutunya. Ini juga kemudian menjadi momentum berakhirnya Perang Dunia ke-2.
Dengan menyerahnya Jepang kepada Amerika dan sekutunya, maka hal ini juga tidak disia-siakan oleh Indonesia. Dua hari setelah siaran itu, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Naskah teks proklamasi dibacakan oleh Bpk.Ir.Soekarno dengan didampingi oleh Bpk.Drs.Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Proklamasi ini merupakan titik puncak perjuangan kita dan merupakan awal lahirnya negara dan bangsa Indonesia yang berdaulat penuh. Kekuasaan kemudian berpindah dari tangan para penjajah atau pemerintah kolonial kepada pemerintah nasional Indonesia.
Kita tahu bahwa beberapa peristiwa sejarah terjadi pada waktu dan lokasi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Namun, bukan suatu hal yang mustahil bahwa meskipun waktu dan lokasi berbeda, ada kemungkinan diantara peristiwa itu saling bersangkutan satu dengan lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti juga terjadi pada bulan Agustus, di Jepang dan Indonesia.
Keadaan Jepang porak-poranda, setelah dijatuhkannya bom atom dan kalah dalam peperangan 73 tahun yang lalu. Sejak saat itu, maka pemerintah dan masyarakat Jepang bertekad untuk mengalihkan energi yang dipakai pada saat peperangan yang sudah lewat, untuk pembangunan di dalam negerinya, baik itu pembangunan fisik maupun mental.
Mental orang Jepang memang sudah terbentuk sejak dahulu, yang juga dikenal oleh dunia bahwa mereka itu mempunyai mental yang gigih dan keras bak baja dan tidak gampang menyerah. Sebagai akibatnya, Jepang mampu menggenjot ketertinggalannya selama perang dan mulai pembangunan besar-besaran setelah kekalahannya pada PD-II.
Bagaimana hasilnya?
Seperti yang kita ketahui, pada tahun 1964 Jepang berhasil menyelenggarakan pesta olah raga musim panas dunia, yaitu Olimpiade yang ke-18 di Tokyo. Olimpiade ini berlangsung pada masa pertumbuhan ekonomi Jepang yang sangat drastis yang dinamakan masa koudo-keizai seicho (Japanese Economic Miracle) yang dimulai hanya 10 tahun saja setelah mereka kalah perang! Jepang mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi dimasa itu, yaitu periode antara tahun 1955 sampai 1973, sebesar 10 persen. Di tahun 1968, Jepang bahkan mampu menempati posisi ke 2 dalam GNP (Gross National Product) dunia. Dari sini Jepang mulai menunjukkan kemampuan, dan kemudian menempatkan dirinya untuk menjadi raksasa ekonomi dunia.
Dibidang teknologi pun, Jepang mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu menguasai teknologi. Pada tahun 1964, seminggu sebelum perhelatan Olimpiade berlangsung, Jepang unjuk gigi dengan meluncurkan kereta super ekspres Shinkansen. Selain itu, teknologi yang mereka kuasai untuk kepentingan militer selama masa perang seperti teknologi optik, lalu juga teknologi alat berat, kemudian mereka aplikasikan untuk kepentingan non militer. Sehingga lahirlah produk seperti kamera, alat berat yang digunakan untuk industri manufaktur seperti mesin tekstil, juga mobil, motor dan lainnya, yang tentunya juga banyak kita kenal sampai saat ini. Kita juga tahu bahwa akhirnya Jepang masuk dalam deretan negara dengan penguasaan teknologi yang maju.