Sehari setelah pertandingan antara Jepang melawan Polandia, euforia masyarakat Jepang perihal lolosnya tim "Samurai Blue"masuk dalam 16 besar pada FIFA Piala Dunia (FPD) 2018 di Rusia bisa saya rasakan baik dalam perjalanan menuju, maupun di kantor. Di dalam kereta, saya mendengar ada beberapa orang yang membicarakan pertandingan itu. Sementara di kantor, teman yang duduk di kiri kanan saya juga dengan wajah sumringah berbicara dengan topik yang sama.
Walaupun banyak juga polemik yang timbul dalam masyarakat Jepang mengenai pertandingan tanggal 28 Juni yang lalu, dimana tim Jepang mendadak menghentikan "serangan" ke gawang lawan, dan hanya bermain "santai" dengan oper bola di area sendiri selama 10 menit sebelum pertandingan berakhir.
Padahal Jepang bermain dengan agresif di paruh pertama pertandingan. Nishino dengan berani mengganti 6 posisi pemain inti pada pertandingan melawan Polandia kali ini. Dengan pemain yang masih "fresh", dari statistik pertandingan Jepang tampaknya bisa menguasai bola sekitar 54 persen, dibanding dengan Polandia dengan 46 persen.
Namun dari jumlah total tembakan bola, tim Jepang masih kalah dibandingkan dengan Polandia. Polandia melancarkan 11 tendangan yang mengincar gawang Jepang, ditambah tendangan bebas sebanyak 12 kali dan tendangan sudut 7 kali. Sementara Jepang hanya mendapat tendangan bebas sebanyak 8 kali dan tendangan sudut 5 kali.
Dengan banyaknya tembakan bola dari tim Polandia, akhirnya jaring gawang Jepang yang dijaga oleh Kawashima bergetar pada paruh kedua menit ke-14, hasil tembakan dari kaki Jan Bednarek . Walaupun kebobolan, Kawashima bisa dikatakan bermain bagus pada pertandingan kali ini, terutama karena di paruh pertama menit ke-32, dia bisa menahan sundulan keras dari Kamil Grosicki.
Dari penayangan ulang dengan goal-line technology, kita bisa melihat bahwa hanya butuh 8 sentimeter lagi untuk bola melewati garis putih. Gawang Jepang selamat dan dengan keberhasilan ini Kawashima dielu-elukan. Bahkan dia dijuluki mempunyai "tangan dewa", walaupun sebelumnya Kawashima mendapat banyak cemoohan karena dianggap ceroboh menjaga gawang pada dua pertandingan terdahulu.
Posisi Jepang di grup H bergerak dinamis saat pertandingan melawan Polandia, karena pertandingan antara Senegal dan Kolombia (yang sama-sama berada di grup H) juga terjadi pada saat yang sama. Dari awal pertandingan sampai paruh pertama berakhir, Jepang menduduki posisi pertama di grup H.
Namun setelah gawangnya dibobol terlebih dahulu oleh Polandia, Jepang melorot keposisi ketiga, sementara Senegal di posisi kesatu dan Kolombia mengikuti di posisi kedua. Namun kemudian, Kolombia berhasil membobol gawang Senegal di paruh kedua menit ke-29. Sehingga otomatis posisi Kolombia naik menjadi pertama, disusul Jepang di tempat kedua kemudian Senegal pada urutan ketiga.
Kita bisa melihat bahwa "informasi" memegang peranan yang amat penting, bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pertandingan besar sekelas FPD pun, informasi menjadi salah satu kunci dan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh tim Jepang. Dalam siaran langsung antara Jepang dan Polandia, kru televisi menyorot dua kali suporter Jepang yang kedapatan melihat informasi hasil pertandingan antara Kolombia dan Senegal dilayar smartphone mereka.
Nishino sendiri juga mengikuti hasil pertandingan antara Kolombia dan Senegal, dengan informasi yang diberikan oleh stafnya yang berada bersama dia di area pertandingan. Sementara itu, pemain Jepang yang duduk di bangku cadangan juga memberi informasi kepada pemain yang berlaga dilapangan mengenai hasil pertandingan kedua tim tersebut.
Ada beberapa hal menarik yang bisa disimak dari Nishino Akira, pelatih Jepang yang baru 2 bulan diserahi tugas untuk membimbing tim "Samurai Blue".