Lihat ke Halaman Asli

Menanti Fajar di Dermaga Labuhan Alas

Diperbarui: 12 Februari 2019   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya ini adalah ide spontanitas, namun sampai juga kami di Dermaga Pelabuhan Alas. Habis sholat subuh kendaraan langsung dilajukan ke sana.

Sesampainya kami sudah banyak pedagang bakulan dan nelayan beraktivitas di sana, rupanya mereka memulai transaksi jual beli ikan juga sehabis sholat subuh. Gak pernah kebayang sebelumnya kalau pelabuhan penyeberangan Selat Alas menggunakan kapal kayu zaman dulu, pelabuhan penumpang Labuhan Alas - Labuhan Lombok andalan Pulau Sumbawa saat itu berubah fungsinya menjadi tempat transaksi penjualan ikan. Bayangkan saja,  boleh dikatakan hampir 100% orang di Pulau Sumbawa, mulai Taliwang di ujung barat - Bima di ujung timur yg akan menuju Pulau Lombok saat itu mengandalkan pelabuhan ini.

Mas Wawan Abdurrohman Hakim Darmawan langsung menancapkan tripod dan menyiapkan kameranya tuk mengambil momen sun rise, naluri photografer membuatnya cepat bertindak.  Sayang fotonya belum jadi,  maka foto yg ada di HP yg ditampilkan dulu.  

Maklum baru kali ini saya singgah kembali di sini,  setelah terakhir tahun 1986 lalu.  Masih segar dalam ingatan ketika pertama kali saya ke sini.  Saat itu, di bulan Juni 1986 ketika saya ke Mataram tuk mengikuti SIPENMARU. Bersama sahabat kecilku Sdr.  Hamid Abubakar,  yang kini  menjabat sebagai Kadis Penanaman Modal KSB saya berangkat. Akh, Dermaga Pelabuhan Alas mengarahkan pikiranku tuk bernostalgia.

Oh ya,  cukup banyak nelayan berlabuh di sini.  Satu persatu bahkan lebih datang dan pergi secara bergantian, semuanya berasal dari Pulau Bungin, yang merupakan pulau terpadat di dunia.  Tampak jelas nyalah lampu rumah penduduk Pulau Bungin dari dermaga pagi tadi,  pertanda letaknya sangat dekat dari  dermaga.

Saya jadi ingat dengan sdr.  Tison Sahabuddin Bungin pemuda pelopor penuh inisiatif dan kreatifitas yang dilahirkan di pulau ini.  Dialah pengarang buku DARI RAHIM OMBAK yg sangat populer itu, juga beberapa karya lainnya.  Saat ini dia ikut berjuang melalui jalur politik dengan menjadi calon anggota DPRD Kabupaten Sumbawa periode 2019-2024. Semoga sukses bro.

Kesempatan ke sini saya manfaatkan tuk ngobrol dengan nelayan,  pedagang bakulan,  ojek bahkan ibu Suryati. penjual kopi dan makanan kecil di situ.  Rupanya hanya dia sendiri yg berjualan. Kami juga menyempatkan ngopi sambil memantau aktivitas di dermaga. 

Terkait sampah kemasan kopi, dan lain-lain ibu Suryati tetap membawanya pulang meskipun di rumahnya dijadikan starter buat membakar kayu tuk memasak. Tapi memang gak banyak sumpah tercecer di sini.  Apa mungkin karena perannya Bu Suryati? Semoga lingkungan sekitar kita tetap terjaga keasriannya.

Melihat hiruk pikuk perahu nelayan mengapung di laut itu,  mengingatkanku akan aktivitas PASAR APUNG LOK BAITAN Sungai Barito Banjarmasin, Kalimantan Selatan 2009 lalu. Sepekan saya dan sdr.  Fitrahjaya Kurniawan dan sdr.  Agus Mulyadi berkeliling di Kalimantan Selatan.  Jadi banyak yang nyangkut ya.

Tapi, karena pagi kian cerah, fajar pun sudah lama berlalu dan matahari perlahan muncul,  kami pun segera beranjak pergi meninggalkan dermaga yg tetap menjadi saksi keberadaan kami saat ini meskipun perannya tak seindah dulu, tak seramai dulu,  tak seperti dulu lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline