Lihat ke Halaman Asli

david

Kesederhanaan

"Talent Poaching" : Ancaman atau Peluang?

Diperbarui: 7 Januari 2025   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

      Dalam dunia kerja modern, talenta atau karyawan berbakat adalah aset berharga bagi perusahaan. Mereka menjadi kunci kesuksesan, namun juga sering menjadi rebutan antara perusahaan. Bagi karyawan, fenomena ini bisa menjadi peluang besar untuk menemukan tempat kerja yang lebih sesuai dengan impian dan nilai-nilai mereka. Tapi bagi perusahaan, ini adalah tantangan yang tidak mudah. Bagaimana mempertahankan talenta terbaik di tengah persaingan ketat? Fenomena ini membawa kita pada pertanyaan: apakah pembajakan karyawan, atau yang sering disebut talent poaching, adalah ancaman atau peluang?

Kasus-Kasus Talent Poaching

Mari kita lihat contoh nyata di beberapa industri:

      Di industri teknologi, perusahaan besar seperti Apple dan Google pernah menjadi sorotan karena terlibat persaingan talenta yang sengit. Pada tahun 2014, terungkap adanya perjanjian rahasia "no poaching" di antara perusahaan teknologi terkemuka di Silicon Valley. Perjanjian ini melarang saling membajak karyawan, namun kemudian dikecam karena dianggap membatasi kebebasan karyawan untuk mencari peluang lebih baik. Akhirnya, praktik ini dinyatakan ilegal karena melanggar prinsip persaingan sehat.

      Di Indonesia, fenomena serupa terjadi di sektor perbankan. Banyak bank besar yang bersaing ketat untuk menarik talenta dari bank lain, terutama di posisi manajerial. Bank digital baru, misalnya, sering menggoda karyawan bank konvensional dengan tawaran gaji lebih tinggi, fasilitas menarik, dan peluang karier yang lebih menjanjikan.

Perubahan Paradigma: Dari Karyawan ke Talenta

      Jika kita melihat sejarah, cara pandang terhadap karyawan telah berubah dari waktu ke waktu.

Ekonomi Klasik: Karyawan dianggap sebagai salah satu faktor produksi, seperti tanah dan modal.

Ekonomi Neoklasik: Karyawan dipandang sebagai bagian dari input produksi.

Ekonomi Keynesian: Muncul pandangan bahwa karyawan adalah aset ekonomi yang harus dihargai.

Ekonomi Modern: Karyawan tidak hanya dilihat sebagai tenaga kerja, tetapi juga sebagai human capital---modal manusia yang dapat berkembang melalui pendidikan dan pelatihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline