Pola makan menjadi salah satu topik yang paling banyak dibicarakan dewasa ini. Ada dua dampak ekstrim dari tidak idealnya pola makan seseorang yaitu dampak kurang gizi atau kelebihan berat badan.
Dalam bentuk kasus yang populer orang menyebutnya gizi buruk dan obesitas. Secara spesifik, tema gizi buruk lebih banyak difokuskan pada anak-anak yaitu yang kita kenal sebagai istilah stunting.
Pencegahan stunting dilakukan secara masif dengan melibatkan otoritas berwenang (Pemerintah dan Pemerintah Daerah). Dana yang digelontorkan pun tak sedikit.
Lain halnya dengan stunting, Obesitas tidak terlalu menjadi perhatian otoritas berwenang (Pemerintah dan Pemerintah Daerah).
Kalau gizi buruk lebih banyak menimpa orang-orang tak mampu dan pendidikan rendah, maka obesitas justru menimpa mereka-mereka yang mapan dalam hal materi dan pendidikan.
Meskipun tak dibiayai pemerintah, gaung gaya hidup untuk memerangi obesitas ini cukup masif, Artikel-artikel nya pun tersedia cukup banyak, belum lagi kita bicara varian metode dan produk-produk pendukungnya.
Ragam metode dan produk-produk untuk "memerangi" kelebihan berat badan ini seolah jadi trend baru masyarakat perkotaan terutama yang memang lebih rentan diserang oleh "penyakit" obesitas ini.
Kita kembali kepada judul yaitu Mengintip Pola Makan Food Combining. Jadi titik tekan ini cuma "mengintip" atau sebagai pengantar pengenalan agar kita tidak menjadi penyuka atau pembenci sesuatu tanpa informasi yang memadai.
Saya sendiri pernah melakukan Pola Food Combining dalam kurun waktu beberapa bulan. Dan sukses dalam penurunan berat badan maupun membuat badan lebih bugar dan perut lebih nyaman.
Kendala saya dalam menerapkannya dalam jangka waktu yang lama sebenarnya cuma masalah menjaga kedisiplinan saja.