Lihat ke Halaman Asli

Ilmu Pendidikan Islam

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


  1. Latar Belakang

Para ahli pendidikan Muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktik kependidikan Islam harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang manusia. Dengan artian bahwasannya pendidikan tidak akan dapat dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami konsepsi dasar tentang manusia. Agar pendidikan Islam ias berhasil dalam prosesnya maka konsep penciptaan manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori- teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empiris keilmuan dan rasional filosofis. Untuk itu, makalah ini akan menjelaskan fitrah manusia seutuhnya dalam persektif islam dan hubungannya dalam kependidikan.


  1. Rumusan Masalah

a.Apa persektif Islam tentang fitrah manusia?

b.Bagaimana implikasi manusia dalam perspektif ilmu pendidikan islam?


  1. Tujuan Masalah

a.Untuk mengetahui perspektif Islam tentang fitrah manusia

b.Untuk mengetahui implikasi pendidikan yang mengacu pada fitrah ma

PEMBAHASAN

A.Persepektif Islam Tentang Fitrah Manusia

Apa itu manusia? Al Qur’an menggunakan tiga kata kunci untuk menunjuk manusia, yaitu:


  1. Insan, berasal dari kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tumpah. Kata insan dalam Al Qur’an terulang 65 kali. Kemudian dikelompokkan menjadi tiga, antara lain:

a.Kata insan yang dihubungkan dengan kata khalifah, yaitu sebagai pemikul amanah. Sebagamaina Allah berfirman dalam surat Al Ahzab: 72

اناّعرضناالامانةعى السّماوات والارض والجبال فأبين أن يحملنها وأشفقن منها وحملها الانسان انّه كان ظلوما جهولا

artinya:

Sesungguhnya Kami telah mengumukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.

b.Kata insan yang dihubungkan dengan sesuatu yang negatif, misalnya menurut Al Qur’an cenderung zalim, kufur, angkuh, kikir, bodoh, banyak membantah, gelisah, berbuat dosa, enggan berterimakasih dan lain-lain. Sebagaiman dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al Ma’arij: 19-21

انّ الانسان خلق هلوعا, اذا مسّه الشّرّ جزوعا, واذا مسّه الخير منوعا

artinya:

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.

c.Kata insan yang dihubungkan dengan proses penciptaannya, sebagaimana manusia diciptakan dari tanah liat, saripati tanah dan tanah. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Mu’minun ayat 12

ولقد خلقنا الانسان من سلالة من طين

artinya:

Dan sesungguhnya kami elah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

2.Basyar berasal dari kata yang memiliki arti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dan dari akar kata yang sama muncullah kata basyarah, yang artinya kulit. Manusia dinamai basyar karena kulinya tampak jelas dan berbeda dari binatang lain.

3.Bani adam, bani berasal dari kata ibnun yang berari anak. Manusia memiliki keistimewaan yang meliputi fitrah keagamaan, peradaban, dan kemampuan memanfaatkan alam. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi dengan Tuhan (hablum min Allah), relasi dengan sesama mannusia (hablum min al-nas) dan dengan alam (hablum min al-‘alam).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk pilihan Tuhan sebagai khalifah-Nya di bumi. Manusia juga sebagai makhluk semi samawi duniawi yang ditanamkan dalam dirinya sifat mengakui Tuhan dan keesaan-Nya, memiliki kebebasan, amanah, rasa tanggung jawab dan dibekali dengan kecenderungan ke arah kebaikan dan kejahatan.

Struktur manusia terdiri dari unsur jasmani (fisiologis) dan rohani (psikologis). Allah SWT memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut potensialitas. Menurut aliran psikologi behaviorisme hal tersebut sama dengan prepotence reflexes atau kemampuan dasar yang secara otomatis dapat berkembang. Pembahasan tentang manusia dalam proses pendidikan secara otomatis membahas fitrahnya yang menjadi landasan proses pendidikan dan acuan dalam perencanaan

Karena keterbatasannya dalam membangun hidup yag damai dan sejahtera, maka manusia dianugerahi oleh Allah potensi, daya kreativitas dan kemampuan menguasai alam. Hal-hal tersebut dapat dikembangkan untuk mengejawantahkan kehidupan. Dalam pandangan islam fitrah manusia bersifat positif, jika terjadi perilaku negatif itu disebabkan oleh faktor eksternal. Proses pendidikan diharapkan dapat menciptakan kondisi yang kondusif dalam mengimplementasikan potensi internal dengan sikap maupu perilaku.

B.Implikasi Manusia dalam Perspektif Ilmu Pendidikan Islam

Manusia memerlukan Pendidikan  untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Hal ini dikarenakan,fitrah manusia tidak bisa dibiarkan berkembang bebas. Fitrah tersebut harus dididik dan diarahkan agar sesuai dengan peran manusia diciptakan di muka bumi ini.

Proses pendidikan terhadap manusiadapat diimplikasikan sebagai berikut:

1.Pendidikan sebagai media untuk memberikan stimulan bagi pertumbuhan dan perkembagan fitrah manusia.

2.Demokratisasi merupakan model pendidikan yang relevan untuk pengembangan potensi dasar manusia, sekalgus membantu proses tanggung jawab manusia.

3.Proses pendidikan harus mengacu pada cita rasa ketuhanan yang telah tertanam pada diri manusia.

Dalam proses pengimplikasiannya memerlukan potensi dalam diri manusia diantaranya yaitu :

1)Potensi beragama

Perasaan keagamaan adalah naluri yang dibawa sejak lahir bersama ketika manusia dilahirkan. Manusia memerlukan keimanan kepada zat  tertinggi yang Maha Unggul di luar dirinya dan dan diluar dari alam benda yang dihayati olehnya. Naluri beragama mulai tumbuh apabila manusia dihadapkan pada persoalan persoalan yang melingkupinya.

Akal akan menyadari kekerdilannya dan mengakui akan kudratnya yang terbatas. Akal akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu hanyalah bagi pencipta alam jagat raya ini, yaitu Allah. Islam bertujuan merealisasikn penghambaan sang hamba kepada Tuhannya saja. Memberantas perhambaan sesame hamba Tuhan. Insan dibawa menyembah kehadirat Allah penciptanya dengan tulus ikhlas tersisih dari syirik atau sebarang penyekutuannya.

2)Kecenderungan moral

Kecenderungan moral erat kaitannya dengan potensi beragama. Ia mampu untuk membedakan yang baik dan buruk. Atau yang memiliki hati yang dapat mengarahkan kehendak dan akal. Apabila dipandang dari pengertian fitrah seperti di atas, maka kecenderungan moral itu bisa mengarah kepada dua hal sebagaimana terdapat dalam surat Asy-Syam ayat 7 yang artinya:

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)  dan ketakwaannya”.

3)Manusia bersifat luwes, lentur (fleksible).

Manusia mampu dibentuk dan diubah. Ia mampu menguasai ilmu pengetahuan, menghayati adatadat, nilai, tendeni atau aliran baru. Atau meninggalkan adat, nilai dan aliran lama, dengan cara interaksi social baik dengan lingkungan yang bersifat alam atau kebudayaan. Allah berfirman tentang bagaimana sifat manusia yang mudah lentur, terdapat dalam surat Al Insan ayat 3 yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”.

4)Kecenderungan bermasyarakat

Manusia juga memiliki kecendrungan bersosial dan bermasyarakat.

Menurut Ibnu Taimiyah, dalam diri manusia setidaknya terdapat tiga potensi (fitrah), yaitu:

a.Daya intelektual (quwwat al-‘aql), yaitu potensi dasar yang memungkinkan manusia dapat membedakan nilai baik dan buruk. Dengan daya intelektualnya, manusia dapat mengetahui dan meng-Esakan Tuhannya.

b.Daya ofensif (quwwat al-syahwat), yaitu potensi dasar yang mampu menginduksi obyek-obyek yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah secara serasi dan seimbang.

c.Daya defensif (quwwat al-ghadhab) yaitu potensi dasar yang dapat menghindarkan manusia dari segala perbuatan yang membahayakan dirinya. Namun demikian, diantara ketiga potensi tersebut, di samping agama – potensi akal menduduki posisi sentral sebagai alat kendali (kontrol) dua potensi lainnya. Dengan demikian, akan teraktualisasikannya seluruh potensi yang ada secara maksimal, sebagaimana yang disinyalir oleh Allah dalam kitab dan ajaran-ajaranNya. Penginkaran dan pemalsuan manusia akan posisi potensi yang dimilikinya itulah yang akan menyebabkannya melakukan perbuatan am

Kesimpulan:

Fitrah manusia yang merupakan kenetralan modal dasar yang diarahkan pada proses atau upaya pembelajaran dan subjek didiknya. Modal dasar ( fitrah) tersebut adalah iman yang akan digunakan untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi islam, selanjutnya setelah kepribadiannya islami akan dikembangkan muamalahnya menjadi ihsan. Dengan kata lain, pengimplikasian manusia dalam pendidikan membutuhkan kemampuan dasar potensi masing- masing yang telah diberikan Allah. Dengan demikian, manusia mampu membangun kehidupan yang damai dan sejahtera.

Manusia memerlukan Pendidikan  untuk mengembangkan potensi dalm dirinya. Hal ini dikarenakan,fitrah manusia tidak bisa dibiarkan berkembang bebas. Fitrah tersebut harus dididik dan diarahkan agar sesuai dengan peran manusia diciptakan di muka bumi ini. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa fitrah mempunyai dua kecenderungan yang berlawana, yaitu kearah kebaikan dan ke burukan. Untuk itu, proses pendidikan harus dilakukan, agar manusia tetap berada dalam lingkup kebaikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline