Saya merasa prihatin dengan sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat ini, dimana sebagian masyarakat menganggap remeh tentang pendidikan. Mereka beranggapan bahwa pendidikan 9 tahun itu sudahlah cukup dan tidak perlu lagi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Alasan mereka karena tak sanggup untuk membiayai pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Padahal jika mereka mau berusaha pastilah ada jalan keluarnya. Karena sekarang ini banyak sekolah-sekolah yang menyediakan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu. Hanya saja karena sikap yang kurang peduli dari orang tua yang menyebabkan jutaan penduduk di negeri ini hanya bisa menamatkan sekolahnya di bangku SMP. Saya merasa iba ketika menjumpai adik kelas saya yang sebenarnya dia mampu dalam hal akademik, tapi karena keadaan ekonomi orang tuanya yang tidak mendukung, menjadikannya terhambat dalam pendidikan sehingga dia hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMP saja. Masih beruntung jika dia itu di masukkan ke pesantren yang di dalamnya di ajarkan berbagai ilmu agama sebagai pondasi untuk membentuk karakter anak. Tetapi orangtuanya menyuruhnya untuk bekerja di lingkungan yang kurang mendukung dan akhirnya dia harus nikah muda. Dia harus mempunyai anak di usia yang sangat muda dan belum memenuhi batas usia minimum seorang ibu yang mengandung.
Inilah sebuah realita yang banyak terjadi di kalangan masyarakat menengah ke bawah di Indonesia. Pendidikan di Indonesia sebaiknya menggunakan kurikulum yang bisa mencetak SDM yang berkualitas. Jika saya amati di berbagai lembaga pendidikan formal di Indonesia, banyak sekolah-sekolah yang kurang dalam mengembanagkan kurikulum. Seyogyanya Kurikulum yang telah di tetapkan saat ini di kembangkan sesuai dengan realita yang terjadi saat ini. Jika saat ini banyak anak sekolah tingkat SMP dan SMA yang masuk dalam pergaulan bebas. Banyak di antara mereka yang melakukan seks bebas pra nikah, miras dan narkoba. Semua itu bisa kita tangani dengan menerapkan sistem pendidikan di Indonesia yang berkualitas dengan pendidik yang berkualitas pula. Dari kasus-kasus yang terjadi di perlukan pendidikan agama yang mendalam sebagai pondasi yang kokoh dalam hidupnya. Jika dia sudah memiliki bekal tersebut, insyaAllah mereka akan menjadi manusia yang berakhlaqul karimah yang bisa menyelamatkan bangsa dari segala kemaksiatan. Jika selama ini kita hanya mementingkan rasio dari pada hati nurani,maka kita harus membaliknya, yaitu hati nurani di atas rasio. Dengan demikian kita tidak akan tersesat dalam setiap langkah kita. Dengan bekal ilmu agama yang cukup, akan menuntun kita kejalan yang di ridhai-Nya, dan akan semakin berhati-hati dalam menjalani kehidupan didunia ini. Kita harus bisa menempatkan akal di atas nafsu kita agar kita bisa mengendalikan keinginan-keinginan kita.
Di zaman yang serba modern saat ini, memang banyak orang yang lupa akan kehidupan yang abadi yaitu akhirat. Mereka beranggapan bahwa kehidupan di dunia ini tak akan berakhir. Seperti kita ketahui bahwa kehidupan dunia ini hanya sebagai sarana untuk menuju kehidupan yang abadi di akhirat. Seperti yang di katakan oleh tokoh Tasawuf "Al-Hallaj" bahwa dunia ini seperti ular berbisa, terasa mulus jika di sentuh tangan, tapi racunnya dapat mematikan. Dapat di tarik kesimpulan bahwa ada kalanya kita mencari unsur duniawi, tapi jangan sampai kita terlena dengannya yang menyebabkan kita lupa akan kehidupan di akhirat kelak. Misalnya ada seorang pedagang muslim yang mempunyai toko sembako dan memiliki banyak cabang yang tersebar di berbagai kota. Awalnya dia tekun dan khusyu' dalam beribadah. Tetapi setelah tokonya terkenal dan banyak pengunjungnya ia lupa akan kewajibannya sebagai sorang muslim,karena dia sudah terlena dengan nikmat dunia. Akhirnya dia menjadi tidak tekun dalam melaksanakan sholat dan ibadah lainnya. Dia tak sadar sedang di uji oleh Allah swt, bahwa kenikmatan dunia itu hanya sementara. Dengan demikian seorang muslim tadi telah terkena racun yang berbisa seperti yang di katakan oleh Al-Hallaj.
Imam Syafi'i r.a. berkata bahwa Allah Swt memiliki hamba-hamba yang cerdas. Mereka tinggalkan dunia dan hindari cela. Mereka pandang dunia setelah tahu dunia bukan tempat singgah selamanya. Mereka tempatkan dunia sebagai gelombang dan amal saleh sebagai bahteranya. Kau harapkan keselamatan, tapi tak kau tempuh jalannya. Sungguh bahtera tak kan berlayar di atas tanah tandus. Itulah kata-kata yang penuh makna dari beliau Imam Syafi'i. Seorang Zahid (orang yang berzuhud) memandang dunia itu hanya sebelah mata.Maksudnya hatinya tidak tertuju kepada kenikmatan di dunia. Karena ia menganggap dunia hanya sebagai tempat singgah sementara. Sehingga dia tak akan berlebihan dalam mencari harta dunia, karena semua itu hanya sebagai sarana kita untuk menuju alam yang kekal abadi selamanya.
Kehidupan yang baik akan terwujud tatkala seseorang merasa bahagia setelah melakukan amal saleh. Dengan amal ini, ia akan menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah Swt berfirman,Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun permpuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."(QS.An-Nahl[ 16]:97).
Allah Swt berjanji kepada orang-orang yang beramal saleh akan memberi mereka kehidupan yang baik di dunia dan pahala atas kebaikannya di akhirat kelak. Amal saleh adalah amal yang di kerjakan oleh laki-laki atau perempuan yang sesuai dengan kitab Allah Swt dan Sunnah Nabi-Nya.Amal ini di landasi keimanan kepada-Nya juga sebagai Rasul-Nya. Amal ini diperintahkan dan di syari'atkan oleh Allah Swt.
Kehidupan yang baik berisi ketenangan dari berbagai hal. Di riwayatkan oleh Al-Jamaah dari Ibn 'Abbas, Rasulullah Saw. bersabda,'' Kehidupan yang baik ialah mendapatkan rezekiyang halal dan baik." 'Ali r.a. menafsirkannya sebagai hidup qana'ah (serba cukup atas apa yang di peroleh)." Ibn Abbas juga mengartikannya sebagai kebahagiaan hidup. Banyak orang yang berlomba mengejar keberhasilan dan kesuksesan. Ketika ia mendapatkannya muncullah bahagia yang tiada tara. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Yazid, dari Sa'id bin Abi Ayyub, dari Syurahbil bin Abi Syuraik, dari Abdurrahman Al-Habali, dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasululllah saw bersabda," Sungguh beruntung orang sukses yang memeluk islam, diberi rezeki yang cukup, dan oleh Allah di anugerahi sikap qana'ah (menerima ) atas apa yang di berikan-Nya."
Seorang mukmin sejati ialah yang selalu sadar dalam beramal baik dan selalu siaga untuk melakukan kebajikan.Ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya dan selalu menghindari kemalasan.Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk selalu waspada dan sadar atas musuh-musuhnya, baik manusia, jin, diri sendiri, hawa nafsu, maupun setan. Para ahli hikmah berkata," Siapa yang selalu menjaga kesadaran diri dan memakai 'busana' penjagaan diri, musuhnya akan berputus asa dalam memperdayanya dan akan terputuslah ketamakan orang-oranga yang berbuat makar."
Mereka juga mengatakan. "Kesadaran adalah penjaga yang tidak pernah tidur dan tidak pernah protes. Ia adalah hakim yang tak bisa di suap. Barang siapa membentengi diri dengan kesadaran,ia akan aman dari celaan, pengkhianatan, kejahatan, tipu daya, dan makar. "Kebahagiaan dapat kita peroleh dalam menyiapkan bekal perjalanan akhirat. Sebab hari akhirat merupakan hari terpanjang, seperti di sebutkan dalam Al-Qur'an, Malaikat-malaikat Jibril naik (menghadap) dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Maksudnya, seluruh manusia dari yang pertama sampai yang terakhir akan di kumpulkan dan seluruh malaikat akan menyaksikannya, seluruh rasul ikut berkumpul. Seluruh makhluk,baik manusia, jin, burung, binatang buas, maupun makhluk-makhluk melata lain akan di kumpulkan beserta keluaraga mereka.Allah yang Mahaadail tidak pernah menzalimi makhuk-Nya sebesar biji Zarah pun akan mengadili mereka.
Dari uraian di atas, marilah kita sebagai generasi islam harus semangat dalam menegakkan agama Allah. Setelah kita belajar tentang ilmu pendidikan islam, khususnya tentang moral yang berhubungan dengan ketaqwaan kita kepada Allah Swt, kita harus bisa mengamalkan ilmu tersebut, dan juga mengajarkannnya kepada orang lain. Apa artinya memiliki banyak ilmu jika kita tak dapat mengamalkannya. Lebih baik orang yang sedikit ilmunya tapi bisa mengamalkannya.Wallohu a'lam bisshowab....
Semoga Bermanfaat...