Panggilan 3
(Kepada Irbad Kaimuddin)
Masih ingat saat gadis binal serentak kita setubuhi tepat malam pemilihankejantanan birahi ditengah semak belukar, disebuah pojok desa yang riuh tentang nafsu lantas karna doyan bernyanyi bibir gadis binal itu kau pilih lalu melumatnya dengan buas, katamu kemudian kepadaku ambillah isi ccelana itu sebab barangkali bibir sibinal ini lebih cocok bergandeng mulutku
Gadis binal tak lain lacur itu sejak jadi buncrahan birahi kita
setiap fajar mencucuti puting bukit
setiap petang mengasak gugusan jingga meransak pusaran angin dam mengurung ilalang dan kita menyergapnya pada satu pohon pucat pasi dengan tubuh terbagi dua sambil lidah tiada henti menari nari di bibirmu sementara isi celananya lebur satu dikepalaku
silacur menganga di mulutmu isi celananya menikam jantungku.
Balanipa, Mei 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H