Lihat ke Halaman Asli

Menyigi Kata "Kekata" dan "Bebintang"

Diperbarui: 15 September 2019   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Menulis status di Facebook itu sangat menyenangkan memang. Bebas! Los! Tak ada yang menyensor! Namun demikian, kita harus berhati-hati. Layaknya status yang kita posting tak melanggar undang-undang dan norma yang kita junjung tinggi dan hormati.
Menulis status berupa puisi sudah tak lagi aneh. Setiap detik lahir bayi-bayi puisi. Isi dan pesan moralnya beraneka macam. Teknik pengucapannya pun beraneka rupa. 

Ada yang melelahkan jika saya membacanya (baik dalam hati maupun nyaring). Ada pula yang menyenangkan. Ada yang berbelit-belit hingga tampil sebagai puisi prismatis. Ada yang terang benderang, hingga menjadi puisi diaphan.
***  

Akhir-akhir ini saya membaca kata "kekata" dan "bebintang" menyuruk ke dalam larik-larik puisi yang muncul di status milik para sahabat. Kekerapannya sangat tinggi. Seperti pandemi. Ini untuk menyatakan banyak kata dan banyak bintang.     

Ini tak ada hubungannya dengan licentia poetica. Sebab, tak ada (muncul) sesuatu yang genuine dan orisinal. Dalam sejarah sastra Indonesia, saya mencatat penyair besar Chairil Anwar yang mampu melakukan pendobrakan dan pengkhianatan kreatif.     

Jika demikian, kata "kekata" dan "bebintang" apakah hasil dari upaya kreativitas untuk mencapai keunikan dan kemenarikan? Tidak! Ini menurut saya. Kemalasan! Itu yang saya tangkap.

Marilah kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KUBI) (Edisi ketiga, terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, 2007) pada halaman 513--514. Kita akan menemukan lema (entri) "kata" dan bentuk turunannya. Akan tetapi, kita tak menemukan kata "kekata". Kita buka lagi KUBI pada halaman 154. Kita menemukan lema (entri) "bintang", tetapi tak menemukan kata "bebintang".                                                                                                        

Kata ulang sebagian? Bukan juga. Kita memang mengenal kata tetangga, leluhur, dan kekasih. Kata ulang sebagian, seperti "dedaunan" dan "rerumputan", memang dapat kita temukan di larik-larik puisi.

Akhirnya, kata "kekata" dan "bebintang" bukan kata yang disarankan .  Laiknya, juga tak disarankan penggunaan kata "jejanda" untuk menyatakan banyak janda! Atau kata "gegadis" untuk menyatakan banyak gadis! Heheheh ....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline