Cerpen Syukur Budiardjo
"Jleb! Kamu!"
"Ya, saya, Pak!"
"Aduh! Sakitnya!"
"Begitu juga yang saya rasakan, Pak!"
Saya kaget. Terkesima. Baru saja saya membalikkan tubuh, menatap langit-langit kamar, belati itu menancap tepat di jantung. Masih menancap. Saya lihat perempuan berusia 30-an masih menggenggam belati, kemudian mendorongkannya dengan sekuat tenaga. Darah muncrat.
Kepala saya pening. Mungkin sebentar lagi saya pingsan. Tetapi, saya masih ingat peristiwa-peristiwa lalu.
***
Melalui facebook saya berkenalan dengan perempuan berusia 30-an. Kemudian saya akrab. Bertegur sapa melalui inboks. Setelah itu, karena pengakuannya, saya tahu bahwa ia wanita pekerja di panti pijat.
Wajahnya melankolis. Sorot matanya tajam. Layaknya mata elang. Yang lainnya tak begitu saya perhatikan. Saya sangat menyukai matanya itu. Ya, matanya. Hingga akhirnya saya tersungkur.
Namanya? Saya juga tak begitu peduli soal nama. Apa sih arti sebuah nama? Berbahagialah mereka yang memiliki nama yang simitris dengan ucapan dan perbuatannya.