Cerpen Syukur Budiardjo
/1/
"Kau memang wanita tangguh!" Lelaki tua itu berkata lirih. Tak ada orang di dekatnya. Sendiri dan mengetik naskah. Ia membayangkan wanita yang sedang bekerja di negeri asing yang jauh dari keluarga. Jauh dari suami yang dicintainya dan anak kecil semata wayang yang disayanginya.
"Jangan menangis! Hidup tak sekadar wacana yang indah terbaca, seperti puisi cinta yang mendayu-dayu! Yang ditulis oleh mereka yang sedang kasmaran," lelaki itu membatin.
"Hidup harus diwarnai dengan kerja keras! Meski dengan leleh peluh, percik darah, dan tetes air mata sekalipun!" lanjutnya membatin.
/2/
"Sekarang di sini sedang musim semi. Gedung-gedung pencakar langit disaput kabut dingin. Matahari seperti enggan menyapa! Tetapi, sepagi ini aku harus bekerja. Memasak. Ya, memasak! Ah, beginilah! Babu dapur!" kata wanita itu di pojok facebook.
"Master chef," balas lelaki tua itu.
"Oh, tak sekelas itu!"
"Jangan lupa, kirimi saya masakanmu!"
Sesaat, di kotak pesan yang dipandang lelaki itu, muncul serangkaian foto berbagai menu masakan.
"Boleh saya mencicipi! Hehehe ...!"
"Boleh!"
/3/
"Aku sedang membaca buku hingga larut malam seperti ini! Tugas-tugas kuliah menumpuk. You know, Sir!" kata wanita itu, juga di pojok facebook.
"Kau memang kutu buku!"
"Harus. Harus saya selesaikan kuliahku di sini. Pagi hingga sore aku bekerja. Malam membaca buku. Sabtu dan Minggu aku ke perpustakaan. Mencari referensi."
"Kau memang wanita tangguh!"
"Terima kasih!"
"Boleh saya menemanimu hingga kau terlelap mendekap buku-buku yang telah kau lahap?"
"Silakan!"
/4/
"Kau memang wanita tangguh. Juga cantik! Saya jadi kepincut!" kata lelaki tua itu di pojok facebook.
"Jangan merayu aku, Sir!"
"Mengapa?"
"Tidak boleh!"
"Ya, mengapa?"
"Aku sudah bersuami! Anakku satu. Laki-laki. Masih kecil. Kelas 1 SD."
"Oh, .... Maafkan saya!"
"Tak apa! Aku berharap Anda tetap menjadi sahabat saya! Yang dapat menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka! Sahabat! Oke Sir!"
"Baik! Kita bersahabat! Meski cuma di dunia maya!"
"Jangan sakit hati Sir! Di sini, di Hongkong, aku juga mempelajari manajemen kejujuran, persahabatan, dan masa depan!"
"Oh, tidak! Keterbukaan dan elegansi itu penting! Meski kini saya merasa sebagai lelaki yang malang!"
/5/
"Yang merasa kawanku, angkat tangan! Yang merasa selingkuhanku, angkat bicara! Yang merasa mantanku, angkat kaki!"
Demikian update status terbaru yang ditulis oleh lelaki tua bermata merah di akun facebooknya. Lelaki tua bermata merah bermata merah? Ya! Karena setiap malam ia selalu membunuh waktunya sejak pukul 21.00 hingga menjelang subuh dengan menulis status di dinding kronologinya atau chatting dengan siapa pun yang disukainya. Karena kurang tidur -- bukan tak bisa tidur atau insomnia --, matanya terlihat merah. Sangat merah.
6/