Lihat ke Halaman Asli

Dari Kalijodo ke Kalimantan dan Pindahnya Ibu Kota Negara

Diperbarui: 5 September 2019   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ibu kota negara Republik ini akan pindah ke Kalimantan. Lho! Bukan ke Kalimas di Surabaya. Bukan ke Kalisat di Jember. Bukan ke Kalibagor di Banyumas. Bukan ke Kaligangsa di Tegal. Bukan ke Kaliwungu dekat Kendal yang tak asing bagi suku Jawa yang sudah sepuh karena kota Kaliwungu pernah ngetop  setelah dinyanyikan oleh penembang Waljinah yang kondang itu.

Ibu kota negara akan pindah ke Kalimantan? Iya Bro. Tidak ke Kalijambe dan Kaliyoso dekat Solo. Bukan  ke  Kaligawe di Semarang. Tidak ke Kaligarang juga di Semarang,  tempat Pak Harto sang jenderal besar dan bapak pembangunan pernah bertapa kungkum. Juga bukan ke Kaliurang dii Sleman, Yogyakarta, tempat Mbah Marijan wafat karena abu  vulkanik Gunung Merapi yang marah.

Presidon Jokowi mengumumkan kepindahan ibukota negara dari  Jakarta ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur setalah melakukan kajian yang mencukupi dari berbagai aspek. Namun, dengan biaya ratusan triliun rupiah, pemindahan ibu kota negara ini akankah dapat terwujud di periode kedua masa jabatan Presiden Jokowi yang akan berakhir pada tahun 2024?

Desa yang Besar

Berdasarkan kajian, Jakarta rawan tenggelam. Waduh! Polusi udaranya sudah sangat mengkhawatirkan. Penduduknya  mbludak sejak pagi hari hingga malam hari karena urbanisasi yang tak terbendung dan serbuan para penglaju dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kemacetan yang mengular menjadi pemandangan yang tak aneh.                    

Jakarta pernah mendapat sebutan sebagai desa yang besar (big village). Karena penduduknya yang kaum urban dengan perilakunya yang ndesani. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa Jakarta memang memiliki area, lokasi, daerah, atau wilayah yang menggambarkan bahwa Jakarta ketika itu merupakan sekumpulan sawah, kebon, kali, rawa, dan hutan.

Tengoklah nama tempat yang berkaitan dengan sawah. Ada Sawah Besar dan Sawah Lio. Jakarta juga memiliki kebun yang  lengkap. Seperti layaknya apotek hidup. Sebutlah Kebon Sirih, Kebon Pala, Kebon Melati, dan Kebon Jahe,

Pencinta sayutan dan buah-buahan layaknya dapat berkunjung ke Kebon Sayur, Kebon Singkong, Kebon Kelapa, Kebon Manggis, Kebon Jeruk, dan Kebon Nanas. Namun, Anda akan terkekeh karena Jakarta juga memiliki kebun yang tak pernah ditanami apa pun. Namanya Kebon Kosong, sebuah kelurahan yang

terdapat di Kecamatan Kemayoran di Jakarta Pusat. Jakarta juga memiliki kali yang sangat terkenal pada saatnya sebagai kawasan esek-esek, namanya Kalijodo. Konon pada zaman penjajahan Belanda, tempat ini dikenal sebagai tempat mencari jodoh. Wah, asyik dong!

Selain Kalijodo di Kecamatan Tambora Jakarta Barat, nama kelurahan di kecamatnn dan kota administrasi yang sama yang juga menggunakan kata kali adalah Kalianyar..Kelurahan ini merupakan kelurahan yang terpadat penduduknya se-Indonesia.

Beberapa nama tempat lainnya yang juga menggunakan kata kali, trkesan angker dan seram. Jika Anda tak mau bernasib malang, janganlah bertandang  ke Kalimalang. Jika Anda tak mau digulung derasnya air kali, janganlah berkunjung ke Kalideres. Nah, jika Anda tak mau dijemput maut, janganlah pergi ke Kalimati.                                

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline