Lihat ke Halaman Asli

Rinduku Tuk Papa, Cintaku Tuk Mama

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi 29 februari 2012..., rasa rindu teramat sangat memenuhi ruang-ruang jiwa. Aku tumpahkan kerinduan ini lewat barisan tulisan...Memori 5 tahun silam saat sosok gagah itu datang mengunjungi anak-anak & cucu di Depok. suka cita bersama saat itu tak berlangsung lama berubah menjadi duka, Kau terhempas dipembaringan rumah sakit cinere depok. kegagahan dan senyum yang tak pernah lepas seketika hilang berubah lesu & lemas tak berdaya.

Perawat jaga & selang-selang impus menjadi sahabat terdekat selama sebulan. Lelucon-lelucon yang dulu selalu Kau lontarkan tak terdengar lagi. Vonis dokter akan penyakitmu mengisaratkan akan rentannya masa hidupmu, tapi kekutan mental dan semangat jiwamu untuk tetap bertahan membuat kami kagum.

Ada satu hal yang membuat aku senyum & sekaligus sedih apabila mengingatnya, saat engkau menuliskan permintaanmu saat itu. "Tolong berikan "sprite" walau hanya setetes.." Kami tak bisa memenuhi perminataan itu karena dokter melarang. Sekalipun kami tahu sprite adalah minuman favoritmu.

Subahanaullah...sebulan lebih engkau berjuang dengan penyakitmu, ternyata keajaiban Tuhan datang. Kau sembuh, hal ini membuat dokter & para perawat terkagum-kagum akan keajaiban itu. Dan ini prestasi tersendiri buat dunia medis.

Selama sebulan kau berada di ICU, kurang lebih 5 pasien yang penyakitnya serupa denganmu tak ada yang mampu bertahan. Kekuatan dan semangat itu yang membuat kami selalu kagum akan sosokmu. Saat dipastikan sembuh dan diizinkan tuk pulang, Dokter spsesialis yang selama ini menangani sakitmu, sempat membisikan sesuatu pada Kakaku "secara medis mungkin ini hanya 3 bulan".

Kami mengantarkan kepulangannya sampai Bandara Soekar-Hatta, entah firasat atau bukan saat aku berada didekapnnya, aku merasa itu adalah dekapan terakhir yang bisa aku dapatkan darinya. Erat & cukup lama aku menahan tubuh itu sambil berusaha menahan tangisku.

Pagi itu diawal bulan Agustus 2007, sayup-sayup kudengar suara istriku berbicara dengan seseorang diseberang handphone. "...Trus..trus..baik teh,Waalaikumsala,...." hanya itu yang kata-kata yang sempat kudengar. "Bunda...tadi ngobrol di HP sama siapa...?" Tanyaku..."sama teteh (Kakak Iparku)...." Jawab Istriku. "Ngobrolin apa..kayaknya serius banget..." Lanjutku..

Lama Istriku terdiam " Gini sebenarnya bunda udah janji sama teteh untuk tidak menyampaikan ini ke Ayah...sesuai amanah Meita (Adik perempuanku satu-satunya yang tinggal di gorontalo) ..." Sesaat istriku kembali terdiam..."Kabarnya udah dua hari ini penyakit Papa kambuh lagi, dan Papa tidak mau lagi dibawa kerumah sakit..." belum sempat istriku menyelesaikan ceritanya, aku langsung meraih HPku " Hallo...Assalamu'alaikum..Mei..Papa sakit lagi...Kinapa ngoni tidak bawa ka Rumah saki dang..kinapa papa tidak mau...coba sini kakak yang bicara deng Papa...Ooooo ya sudah...Mama dimana...?...sehat tapi kang...jaga bae-bae pa Papa deng Mama ee,...nanti kakak ba telepon lagi...Wasalamu'alaikum..." mengakhiri percakapanku dengan adik perempuanku dengan dialeg bahasa daerah gorontalo.

Dihari yang tepatnya pukul 5 sore HP berbunyi, terdengar suara diseberang HP, suara Fauzan (adik laki-lakiku) " Assalamu'alaikum...Kakak bicara deng ti Papa kakak sekarang..." tutur adiku lalu menempelkan HP dikuping Papa..."Waalaikumsalam...Iya...Papa...papa"...Jawabku...yang terdengar hanya suara desahan nafas panjang Papa & suara adik-adiku didekatnya..."Laillahailaullah...Laillahailaulah............"terus berulang-ulang di bisikan adik-adiku ke papa..."Papa...Papa...Maafkan segala kesalahan saya selama ini ya pa...Papa...papa..." hanya itu kata-kata yang bisa aku sampaikan saat itu..karena tiba-tiba komunikasi melalui HP itu terputus...kucoba terus menghubungi tapi tak juga tersambung...

Selepas shalat Magrib..."Kakak...Papa udah pergi...di ikhlaskan ya..." suara isakan adiku Meita melalui HP mengabarkan berita akan kepergian Papa untuk selama-lamanya...tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku...Tangisku tak terbendung lagi.....Innalillahi wainnaillahi rojiun...Selamat jalan Papa...lirih hatiku...

Maafakan aku ya papa, maafakan aku yang tidak ada didekatmu disaat-saat terakhirmu...Semoga Allah SWT...Menerima semua amal ibadahmu..., mengampuni segala dosa-dosamu..., melepaskan kau dari siksa kubur..., Memberikan tempat yang layak untukmu Papa....Amin...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline