Lihat ke Halaman Asli

“Pentingnya Pameran bagi Perupa Muda”

Diperbarui: 25 November 2015   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pentingnya Pameran bagi Perupa Muda

"Catatan atas Pemuda Binal dan Biennale Jatim 6"

Oleh: Syska La Veggie

Pameran seni rupa bertajuk "Pemuda Binal" yang digelar sejak tanggal 9-16 November 2015 di Galeri DKS, sesungguhnya, menarik. Hanya saja, sayangnya, pameran tersebut tidak konsisten dengan konsep yang diangkat. Jika ingin mengangkat perupa-perupa muda Jawa Timur yang tidak terakomodasi di ajang Biennale Jatim 6 yang dihelat di Gedung Balai Pemuda, 11-24 November 2015, mengapa ada beberapa perupa yang ikut pada kedua pameran tersebut? Konyolnya lagi pameran tersebut berada dalam satu komplek Balai Pemuda.

Apakah tidak ada perupa muda Jatim lain yang layak ikut di pameran Pemuda Binal? Sama halnya dengan Biennale Jatim 6 yang didominasi oleh perupa tua dan sedikit sekali dari kalangan perupa muda. Apakah para perupa muda Jatim yang telah berproses dan menghasilkan karya meskipun masih berkuliah di semester awal di berbagai sekolah seni di Jatim tidak layak ikut?

Salvador Dalí, adalah salah satu pelukis terpenting dari Spanyol, yang dikenal lewat karya-karyanya yang surealis. Dali pertama kali melakukan pameran pada umur 14 tahun di sebuah museum yang dikemudian hari diberi nama “Dali Museum-Theater”. Ia pernah belajar di Royal Academy of Art pada tahun 1921 (17 tahun) dan berhasil dikeluarkan dua kali dari sana dan tidak pernah mengikuti ujian karena menurutnya ia lebih pintar dari para pengujinya.

Ada pula perupa dari Indonesia seperti Raden Saleh yang mendapatkan kesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam saat masa dirinya belajar di Belanda (abad ke-18). Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.

Ya, mungkin saja masih banyak perupa tersohor yang telah melakukan debut pameran saat mereka masih muda dan masih belajar. Sekalipun sudah menjadi perupa hebat, proses belajar juga terus berlangsung. Perubahan-perubahan karakter karya untuk menemukan jati diri kerap dilakukan, dan itu merupakan hal wajar. Itu sama halnya dengan Pablo Picasso yang berubah-ubah gaya lukisannya, hingga akhirnya menelurkan aliran kubisme yang mendunia.

Para calon perupa atau perupa muda bisa saja mengikuti pameran meskipun belum menemukan karakter karyanya. Pameran merupakan salah satu bentuk proses kreatif sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam memamerkan kekaryaannya. Mengikuti ajang pameran, baik dalam pameran bersama maupun pameran tunggal, berarti perupa tersebut siap untuk dikritisi oleh publik dalam hal kekaryaan.

Pameran bersama dengan sesama generasi perupa muda juga sama hal pentingnya, sehingga dapat berlomba-lomba untuk menunjukkan karya terbaiknya. Karena untuk menuju ke ruang pameran, maka perupa akan berupaya untuk memamerkan karya yang terbaik, bukan hanya sekedar turut serta. Selain itu, para perupa juga bisa bekerja bersama serta saling guyub dalam mempersiapkan pameran.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa perupa muda juga butuh pameran. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan untuk melakukan proses kreatif. Apabila bercermin dari Dali dan Raden Saleh, bukankah proses kreatif harus sudah mulai dilakukan sejak dini? Bukankah dalam proses kreatif dialektika kritis yang dapat mengasah mentalitas perupa sebagai kreator perlu juga dilakukan? Oleh karena itu, apakah salah jika perupa muda pun ikut berpameran, meski (mungkin) perupa tersebut masih berusia dini, baik secara usia atau akademik?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline