Lihat ke Halaman Asli

Maling Kondang, Syarifuddin Arifin

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

duduk di atas angin ia makin kondang

melesat menembus langit

nyangkut di bahu matahari

berberita ke bilik tetangga, berdecak kagum

ia tunggangi pelangi ke negeri apsari

bersahut media saling menyebut

saling debat dan beropini

kemurkaanpun mekar jadi dendam

hingga melautludah dalam mulut

rupiah ia kebiri, memperkosa ibu pertiwi

tak ada yang bisa menyentuhnya

mentari menjilat dan hangus terpanggang

duduk di kursi angin ia semakin kondang

menjadi maling di negerinya sendiri

katanya bukan korupi, tapi komisi

setajam apapun lidah politikus

membatu hati bak malinkundang

debat dengan pakarsekali gus

media berberita berulang-ulang

mengalahkan penderitaan rakyat

dari musibah yang mereka dapat

(Padang, 2010)

(dari kumpulan puisi Maling Kondang, terbitan Teras Budaya Jakarta, 2012)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline