Lihat ke Halaman Asli

Bercerai...

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390395149860423964

.

Senyummu,

Adalah mata air ribuan puisi,

Sapamu bisikkan angin pagi,

Dan hatimu muara yang belum juga tersinggahi.

.

Suka yang akhirnya berakhir pada cinta,

Kemudian melahirkan anak-anak rindu,

Yang aku tak tahu,

Aku harus menghentikannya dengan cara apa?

.

Yang aku tahu,

Cinta ini setiap harinya terus beranak pinak,

Melahirkan rindu-rindu yang terus mencacau temu akanmu.

.

Bayangkan saja,

Seperti apa gilanya aku,

Jika anak-anak rindu ini kau acuhkan,

Dan tak pernah kau hadiahkan kisah temu.

.

Dimana dia yang memaksa senyum dalam gurat duka?

Mengapa menanti pagi mengobati luka?

Datanglah, disini merayakan senja.

.

Seandainya merasakan kehilangan juga dapat direkayasa,

Pasti akan ada banyak air mata yang tumpah,

Dan senyuman tabah entah bersembunyi dimana,

.

Diatas segala luka yang kita bina,

Secuil haru harusnya Nampak dihatimu,

Betapa besar istana cinta yang pernah kita ciptakan.

.

Setahun berlalu,

Tak lagi kudengar syair merdu pada bibirmu,

Tak lagi kubaca puisi dimatamu,

Pergimu tinggalkan sunyi,

Akulah sepi.

.

Beberapa kata yang hendak kusempurnakan kisahnya,

Kini berhenti disebuah koma,

Saat kenyataan pahit,

Harus tetap kutelan.

.

Kita buntu,

Kita kalut berkalut emosi.

.

Dengan berat hati,

Kita tercerai dengan kesempurnaan sakitnya hati.

.

.

*image weddings.about.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline