Lihat ke Halaman Asli

Rumah Kenangan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13903054421633630510

[caption id="attachment_317312" align="aligncenter" width="276" caption="rumah adat"][/caption]

Di jalanan aku temukan petualangan grusa-grusu yang berjalan seolah tak tau aturan,

Aku tahu dan seketika sadar kembali,

Terlahir darimu mencintaimu seucap makna beribu rasa suka.

.

Meski rinduku berkelana,

Kau tempat pulangnya.

Meski rinduku berkelana,

Kau tetap dalam setia.

.

Senyummu kebahagiaan paling mulia,

Kedamaian maha sempurna.

.

Puisi adalah,

Jalan terbaik untuk mengabadikan setiap kenangan hidupku yang kau saksikan.

.

Ada yang menari-nari dalam kata-kata,

Menangis dalam renungan,

Semua ialah cinta.

.

Sebab kamu ialah sabda Tuhan yang aku puisikan,

Tempat berteduh ternyaman yang aku punya.

.

.

Kini,

Puisiku lupa aksara,

Mati sendiri dimakan sepi,

Ketika engkau hendak diputuskan renovasi.

.

.

Aku kalah dalam hening masa lalumu,

Di puisiku, kamulah keramaian yang bicara sepi.

.

Dengan itu aku bersaksi,

Jasadku menjelma bait-bait puisi, memuisi, memuasi hati.

.

.

*image atjehlink.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline