Lihat ke Halaman Asli

Embun Itu Pasrah

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lagi-lagi embun pagi itu membawa kembali ke masa silam, sepeda hanya di tuntun, sedang kita berjalan beriringan di sepanjang jalan

Embun itu tak bisa lari, air mata tak bisa menggantikannya, mencoba berteman dengan angin, berharap sepoi tak menjatuhkannya

Kumbang haus menghampirinya, berseteru dg mata para petualang, embun itu harus pasrah, ketika salah 1 dari mereka menghisapnya,

Kaulah kumbang pengecup serbuk bunga ditaman, tanpa kau sadari setelahnya ia lalu berguguran.

Akhirnya embun itu hilang........

Para kumbang bersedih rindu kilaunya, berharap hujan pagi datang, sisakan embun baru,tuk dihisapnya kembali..

Aku seakan-akan digantung di jembatan angan. bermain tali dari bayangan.

Tubuhku menggigil masih terus gemetaran, diterpa badai embun pagi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline