Lihat ke Halaman Asli

Bacotan Enyak-enyak

Diperbarui: 4 April 2017   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lahir dan besar di Jakarta, Sampai menikah dan mempunyai 3 anak pun tetap tinggal di Jakarta. Baru kali ini ngerasain ada calgub (Calon Gubernur) yang ditolak dengan alasan karena sang calgub itu non muslim dan bukan orang asli Jakarta. Adalah sebuah ormas yang mengatasnamakan atau “mengklaim” diri mereka mewakili masyarakat DKI yang menolak sang calgub tersebut.

Bahkan mengatakan warga DKI akan tentram dan damai jika sang calgub tak jadi naik tahta untuk memimpin jakarta, Padahal sang calgub naik tahta atas keputusan dan mandat konstitusi,…eeiiittsss nanti dulu,,,nanti dulu..!!! Mewakili masyarakat DKI yg mana nihh?  yg di maksud??? Sy warga DKI lohh!, KTP saya DKI, Bapak saya, kakek nenek saya sampai leluhur saya pun betawi asli, tp koq saya ngga merasa terwakili ya??? Atau mau mewakili masyarakat DKI yg beragama muslim? Helooowww saya pun muslim, tapi koq saya tetep ngga merasa terwakili ataupun meminta ormas tersebut untuk mewakili saya.

Lalu saya pun tanya ke suami dan ank saya yang juga punya status sebagai penduduk resmi jakarta. Suami dan anak saya pun ngga pernah minta ormas tersbut untuk mewakili mereka menolak si sang calgub untuk jadi orang no 1 di ibu kota ini. Lalu dengan keppo tingkat dewa saya tanya juga ke teman-teman saya yang notabene adalah ibu-ibu rumah tangga, pertanyaan dan jawabannya pun idem, yaitu mereka tidak pernah minta diwakili untuk menolak sang calgub yang terkenal dengan gaya bicara nya yang spontan dan ceplas-ceplos untuk menjadi pemimpin di Jakarta ini.. adehhh saya jadi penasaran sebenarnya masyarakat yang mana sih yang minta diwakilkan oleh ormas tersebut untuk menolak sang calgub naik tahta??? Kalau boleh jujur, secara pribadi saya sih pengennya sang calgub buru-buru aja dilantik menjadi Gubernur. Toh! dia jadi pemimpin juga karena adanya proses konstitusi yg bilamana ketua mengundurkan diri maka si wakil lah yang menggantikan posisi nya untuk menjadi ketua, dalam hal ini menjadi Gubernur.

TAPI…terlepas dari agama, suku, ras ataupun konstitusi, saya punya opini sendiri terhadap sang calgub yang gebrakannya selalu membuat saya berdecak kagum!!..ckckck,,, berbagai video youtube yang memperlihatkan bagaimana geram nya dia karena jajaran di bawah nya bekerja tak sesuai aturan, bahkan dia tak segan untuk mencopot atau mnurunkan jabatan anak buahnya saat anak buah nya “berani main2″ dengan uang rakyat,,, ekspresi wajah murka nya kerap berseliweran di media sosmed(Social Media)…gebrakan terbarunya yang lagi-lagi bikin orang geleng-geleng kepala karena salut adalah keputusannya keluar dari partai (yang kata orang partainya telah membesarkan nama sang calgub) yg mengusungnya saat menjadi wagub (Wakil Gubernur).

Dia keluar dari partai itu karena dianggap tak lagi sejalan dengan nuraninya…Duuhhh saya pikir semakin tinggi posisi seseorang maka semakin tergeruslah nurani, tapi koq orang ini beda, dengan “kedudukan dan posisinya” dia berani menentang para tiran yang dianggap sebagai lintah masyarakat, dia bela penduduk jakarta yang menurutnya memang patut dibela. Dengan menggunakan “kekuasaannya” dia membuat kebijakan-kebijakan yang membuat warga Jakarta hidup lebih nyaman. Namun…ternyata tak sedikit yang “gerah” dengan segala kebijakan dan sikap sang calgub yang selalu menyebut dirinya“Preman Resmi” ini.

Tak peduli kawan atau pun lawan yang dianggap “melukai” warganya, akan “digilas” tanpa ampun oleh sang calgub yang digadang-gadang menjadi mendagri (Mentri Dalam Negeri)  dalam kabinet duo JW-JK ini. Duuhhh,,, dia pun tak memperdulikan “koaran” para anggota dewan yang terhormat yang tidak mendukungnya untuk menjadi calgub,,, dengan lantang malah dia menjawab “Saya akan tetap mbela warga saya, bahkan nyawa taruhannya”,,, Gustiii kami rakyat kecil ini jadi terharu mendengarnya, suasana hati melankolis kami pun timbul dan lalu nurani kami tak rela bila sang calgub tak jadi naik tahta. Kami tak rela impian menjadikan kota yang kami anggap “rumah” kami menjadi rumah yang aman nyaman sejahtera ini buyar byyaaarrr,,,! sudah terlalu banyak masalah dalam “rumah” kami ini, banjir, kejahatan, kemacetan, belom lagi kaum urban yg ikut memperparah makin membludaknya manusia di “rumah” kami ini, dan, dan, dan masih banyak dan yang lainnya yang membuat kami “gerah” dirumah kami sendiri…

eeemmm ok,,, baik…saya panggil  saja nama sang calgub ini si“Ahok”, biar kedengarannya sudah kenal dan akrab, walaupun ketemu secara live aja belom pernah. Sepak terjang ahok melawan para tiran membuat saya (saya yakin masyarakat indonesia dan warga Jakarta khususnya) “terkesima dan terpesona”,,, bagaikan seorang yang ahli jurus kungfu menangkis tiap serangan dari para penjahat (eettt dahhh jadi inget film kungfu panda)…seperti dicerita-cerita heroik, begitulah pahlawan, Saat mereka beraksi mereka “menggantungkan” agama, etnis, ras dan apapun yang berbau perbedaan, 1 (satu) hal yg mereka junjung yaitu “Nilai Kemanusiaan”…weleh weleh weleh jadi inget suami saya yang ngga bosan-bosan mengingatkan saya dan anak kami tentang arti sebuah “value dalam kehidupan”, aihhh jadi makin cinta sama suami saya, love u ayah, suamiku sayang…balik ke soal sang calgub, si calgub ini trnyata mengerti benar tentang sebuah “value“. Tak peduli dia non muslim, tak peduli nenek moyang nya hanya etnis keturunan, dia mau repot-repot ngurusin warga jakarta dengan segala macam permasalahannya dengan nyawa taruhannya,,beuuhhh dia tak takut mati karena menurut dia kematian adalah kemuliaan jika dia mati karena membela kebenaran.

Statement “hebatnya” sontak membelalakkan mata manusia se Indonesia, khususnya warga Jakarta, dukungan dan pujian pada sang calgub mengalir deras tak terbendung, sebutan “Sang Laskar Pelangi” pun tersemat padanya. Dukungan moril dalam bentuk hastag (#saveahok) bermunculan di berbagai tulisan. Fenomena ahok menjadi trend di berbagai jajaran aparat pemerintahan dan kalangan masyarakat.. Dan ahok pun menjadi“tranding topic” di dunia pertwitteran…ahok..ahok..betapa saya, kami, warga Jakarta dan mungkin seluruh masyarakat Indonesia butuh figur heroik seprti anda. Yang mau rela dan repot-repot mbela hak-hak kami selaku warga tanpa memandang perbedaan etnis dan agama, yang murni karena nilai kemanusiaan.

Dan,,yahhh seperti film-film heroik pada umumnya, tiap jagoan pembela kebenaran pasti ada aja musuhnya, ahok pun demikian, mulai dari “teman sepermainan” (se partai), anggota-anggota dewan yang siap menjegalnya, sampai ormas-ormas yang yaaaa,,, itu tadi yg saya sebutkan diawal yang “mengklaiam” mewakili saya (duhh saya jadi GR), mewakili Jakarta maksud nya, mereka mau “men STOP” langkah ahok menuju tampuk pimpinan sebagai sang Gubernur..pak, bu, mas, mbak, om, tante,,saya pun sama seprti anda-anda semua yang menginginkan untuk hidup aman nyaman dan sejahtera di “rumah” kita ini (baca: Jakarta). Ibarat sebuah perahu, Jika penumpangnya saling sinis, bersikap apatis, bahkan scara frontal mengajak saling serang, waduh biyunggg habislah kita, perahu kita bakal karam,,mengapalah kita tak bisa dengan legowo mempercayakan “kapal besar” kita ini di nahkodai oleh seseorang yang sudah jelas dipilih berdasarkan “suara terbanyak” dari kita-kita sebagai warga resmi DKI,,, ok mungkin dulu dia terpilih hanya sebagai wakil saja, laahhh tapi kita jangan lupa, ada keputusan konstitusi tentang pengaturan bilamana ketua berhalangan atau mengundurkan diri maka wakil lah yang menggantikan posisi tersebut menjadi ketua, tidak mungkin dibiarkan vacum,,,masa hanya karena di dalam darah ahok tak mengalir darah betawi, atau cara berdo’a ahok yang tak sama dengan kita lalu kita memaksa dia untuk “menyingkir” dan secara arogan berteriak tak mau di “nahkodai” oleh orang yang waktu dan pikirannya banyak di habisi untuk ngurusin warga Jakarta.

Sobat,,, Ahok memang bukan asli Jakarta, tapi kita jangan menutup mata. Banyak hal yang telah dia buat demi kebaikan ibu kota ini, dan janganlah karena cara berdoa Ahok yang tak sama dengan kita lalu kita “mengharamkam” dia menjadi pimpinan kita,,,wahai sobat!!!, saya memang bukan ahli agama, mengaji pun masih terbata-bata, tapi saya yakin Allah tak akan marah jika kita dipimpin oleh orang yang cara doanya tak sama dengan kita namun membawa kita ke arah yang lebih baik, dari pada kita dipimpin oleh orang yang cara berdoa nya sama dengan kita namun membawa kita pada kemudharatan

Kepada bapak dan ibu yang berada di dalam dewan kehormatan, anda-anda lebih mengerti tentang hukum dan perundang-undangan tata cara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, yang saya heran “kecacatan” apa yang sudah di buat si Ahok hingga anda-anda mau menggunakan hak interplasi anda demi “menjegal” Ahok naik ke pucuk pimpinan sebagai sang Gubernur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline