Lihat ke Halaman Asli

Antara Valentine, Pacar, dan Kasih Sayang

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Valentine mau ngapain ya?” Menjelang tanggal 14 Februari pertanyaan-pertanyaan seperti itu pasti mampir dalam benak kita. Bagi para jomblo pertanyaan tersebut kemudian berkembang menjadi “Ngapain nih valentine kalo nggak punya pacar?” atau “ Ngapain juga ngerayain kalo nggak ada pacar?” Kemudian biasanya hari valentine terlewat begitu saja dengan hambar karena tidak ada jawaban yang berarti untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Sedikit malu, saya mengakui bahwa saya juga termasuk salah satu dari orang-orang diatas. Maksud saya, orang-orang yang kebingungan di hari valentine karna tidak punya pasangan. Diluar hari valentine sebenarnya saya merasa biasa-biasa saja lho. Saya tetap happy meski tidak punya “seseorang” yang bisa diajak nonton di malam minggu. Saya juga tidak merasa nelangsa ketika teman-teman kuliah saya dijemput pacarnya dengan motor bahkan mobil. Pendek kata, saya menikmati hidup saya sebagai orang jomblo. Mencontek dari lagunya Opie Andaresta, pokoknya “ I’m single and I’m very happy “.

Keadaan jadi berbeda menjelang hari valentine. Semua orang mulai sibuk menyiapkan kado valentine untuk pacar hingga merencanakan kencan yang romantis. Yang jomblo pun ikut kena imbasnya, mulai dari mempergencar kegiatan PDKT agar cepat jadian, hingga tebar pesona supaya minimal punya gandengan saat valentine nanti. Pokoknya valentine identik dengan “Berpasangan”.Yaah… pada akhirnya saya juga terbawa suasana dan ikutan ribut. Mungkin itu yang disebut euforia valentine kali ya.

Kenyataan bahwa valentine identik dengan “berpasangan” sebenarnya menurut saya sedikit mengaburkan makna hari valentine itu sendiri sebagai hari berbagi kasih sayang. Memang benar kita dapat berbagi kasih sayang dengan pasangan. Namun kita juga sebaiknya menyadari kenyataan bahwa kita tidak hanya hidup berdua dengan pasangan kita di dunia ini. Banyak orang di sekitar kita yang juga membutuhkan ungkapan kasih sayang sebagai bukti bahwa mereka berharga.

Saya teringat pembicaraan yang saya lakukan dengan ibu saya minggu lalu via telepon. Semula kami hanya membahas hal-hal yang biasa kami bicarakan seperti kuliah dan kesehatan. Topik pembicaraan kami berubah ketika saya iseng-iseng meminta coklat valentine. Tahu seperti apa ibu saya menjawab permintaan saya? “Lha le valentine tanggal pira?” ( lha valentine-nya tanggal berapa?). Mungkin anda yang membaca tulisan saya ini akan tertawa terpingkal-pingkal. Hari gini masih ada yang nanya valentine kapan? Saya juga kaget ketika ibu saya bertanya seperti itu. Dari pembicaraan kami selanjutnya, saya menyimpulkan bahwa ibu saya hanya mengenal istilah hari valentine dan tidak tahu menahu sejatinya hari valentine itu apa. Apakah hari libur nasional? Atau peringatan untuk sesuatu? Atau sekedar hari raya memberi cokelat?

Memang cukup aneh melihat kenyataan bahwa saat ini masih ada juga yang tidak tahu tentang valentine. Bagi saya, pertanyaan ibu saya tersebut akhirnya tidakhanya mengundang munculnya perasaan aneh saja. Saya jadi berpikir lebih jauh akan kemungkinan banyaknya orang-orang yang sama seperti ibu saya. Mungkin masih banyak orang yang tidak tahu menahu tentang hari valentine. Padahal hari valentine adalah hari yang begitu diagung-agungkan hampir oleh semua orang di dunia sebagai hari kasih sayang. Apakah mereka yang tidak tahu bisa turut merasakan luapan kasih sayang yang begitu besar di hari valentine nanti? Atau mereka malah menjadi pihak terlupakan oleh kita yang tahu?

Nah, persoalan itu yang akan menjadi jawaban dari pertanyaa kita diatas. “valentine mau ngapain ya?” Ternyata banyak kok yang bisa kita lakukan di hari valentine meskipun kita nggak punya pasangan atau pacar. Kita bisa berbagi dengan orang-orang disekitar kita. Berbagi kasih sayang dan perhatian kepada mereka yang sudah memberi kita kasih sayang dan perhatian yang begitu besar. Coba kita tengok, apa ayah, ibu, kakek, nenek, dan saudara-saudara kita di rumah mengerti seperti apa valentine yang sebenarnya? Bila masih ada salah satu atau beberapa dari mereka yang masih belum dapat memahami apa sebenarnya yang disebut sebagaihari valentine, maka menjadi tugas kita untukmembuat menreka mengerti. Bukan hanya menjelaskan apa itu hari valentine. Lebih dari itu, kita menunjukkan kepada mereka melalui perbuatan. Kita dapat melakukan hal-hal yang membuat mereka merasa begitu kita sayangi. Kemudian kita dapat menutup hari penuh kasih sayang tersebut dengan sekotak kue coklat yang manis dan bincang-bincang hangat.

Ketika kita dapat berbagi kebahagiaan dan kasih sayang dengan orang-orang disekitar kita, kita tidak lagi akan melewati valentine yang hambar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline