Lihat ke Halaman Asli

Tenggelamnya Ibu Kota

Diperbarui: 27 Februari 2020   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diawal tahun 2020 ini, Indonesia disambut oleh cuaca yang sangat ekstrem. Cuaca ekstrem tersebut adalah hujan. Hujan telah menyelimuti Indonesia setia hari tanpa henti yang mengakibatkan bencana dibeberapa tempat. Salah satu nya adalah ibu kota Indonesia yang terendam oleh banjir. Banjir ini bukan hanya  merendam ibu kota saja, tetapi beberapa daerah di ibu kota pun terkena dampak nya. 

Dari data BPBD Jakarta selasa tanggal 26  februari 2020, menyatakan bahwa ada 294 RW terendam banjir. Imbas dari banjir ini,ada sebanyak 973 kepala keluarga (KK)  dengan total 3.565 jiwa mengungsi di 40 titik lokasi pengungsian. 

Tidak hanya  merendam pemukiman warga, banjir ini pun merendam sarana transportasi seperti jalan tol, transjakarta, KRL, dan jalan disekitar pemukiman warga. Tentu saja ini sangat berpengaruh pada aktivitas warga, banyak siswa siswi yang tidak berekolah, banyak orang yang tidak berkerja, mereka hanya menunggu  hingga banjir pun bisa cepat surut.

Penyebab banjir ini menurut informasi BPBD, banjir disebabkan hujan lebat dan cuaca ekstrem. Berdasarkan pengukuran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Stasiun Kemayoran, curah hujan tertinggi di Jakarta mencapai 278 milimeter per hari. Akibatnya permukaan air naik dan menyebabkan beberapa pintu air mengalami kenaikan dan sungai meluap. 

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimulono menilai masalah drainase menjadi penyebab utama banjir di sejumlah wilayah Jakarta. Basuki menegaskan, banjir yang berulang kali melanda ibu kota juga merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. 

Menurut nya, kementerian PUPR terus berkoordinasi dengan Pemprov DKi Jakarta dalam menangani masalah banjir. Kementerian PUPR sudah melakukan berbagai upaya dalam mencegah banjir, dengan turut menyediakan pompa disejumlah titik yang dianggap rawan banjir, seperti Ancol dan Kali Sentiong. Kementerian PUPR juga sudah berupaya memperbaiki system drainase di wilayah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, seperti di Kemayoran.

Hujan akan terus mengguyur DKI Jakarta sampai hingga bulan maret, tetapi gubernur Jakarta Anies hanya memfokuskan evakuasi warga tanpa ada solusi dari pemerintah. Seharus nya pemerintah bertindak tegas dan cepat untuk masalah banjir yang sering melanda DKI Jakarta. 

Seharusnya sebelum akan terjadi musim hujan pemerintan memiliki tindakan dan pencegahan yang memfokuskan pada masalah banjir di ibu kota, mungkin sekarang  DKI Jakarta tidak akan terkena banjir yang separah ini dan warga bisa melakukan aktivitas seperti biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline