Lihat ke Halaman Asli

Syivaun Nadhiroh

IRT sekaligus Mahasiswi Magister Pendidikan Islam UIN MALIKI Malang

Yang Telat Harus Khatam 1 Juz

Diperbarui: 7 Februari 2016   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masih dengan Jombang yang penuh dengan cerita. Ada sebuah sekolah yang saat ini merupakan salah satu pilot project kurikulum 13 serta menyebut dirinya sebagai sekolah adiwiyata. Sekolah ini juga termasuk sekolah para santri yang menampung beribu-ribu santri dari berbagai pondok yang ada di Jombang, tapi juga tak hanya santri, dari kampung-pun juga ada. Untuk selalu mempertahankan kwalitas sekolah yang harus lebih baik dari sebelumnya, yang tetap mengunggulkan akhlak dan kedisiplinan.

Di sekolah ini memiliki beberapa gedung, yaitu induk, utara dan timur. Dari ketiga gedung itupun juga masih dibedakan siswa yang ada didalamnya. Seperti kampus induk itu sendiri merupakan pusat administrasi pendataan siswa, ruang kepala sekolah, wakil sekolah, tata usaha, tempat kelas unggulan dan siswa laki-laki, baik kelas X, XI dan XII, untuk yang di utara ada IC Islamic Center merupakan tempat ibadah sholat berjamaah atau tempat pelajaran aktif yang diadakan di luar kelas, kampus utaranya adalah tempat siswa putri kelas akhir, yang di fokuskan dengan ujian-ujian dan latihan soal yang terus menerus. Sedangkan di timur adalah gedung putri yang khusus untuk kelas XI dan X, dari tiga gedung tersebut sudah pasti muridnya sangat banyak sekali, ya memang banyak sekali.

Setiap kali menjaga gerbang sekolah di awal waktu pagi sebelum jam pelajaran dimulai, seperti biasa ketika ada komando dari kampus induk untuk menutup semua pintu gerbang, baik induk, utara dan timur serta sebagai tanda do’a akan segera dimulai. Sehingga siapapun itu yang telat belum sampai masuk gerbang harus menunggu di luar gerbang dengan berdoa sambil berdiri.

Setelah do’a kurang lebih 10 menit selesai, siswa yang telat dipersilahkan masuk ke sekolah, tapi tidak ke kelas mereka. Karena masih ada satu tanggungan lagi dari guru BP yaitu mengkhatamkan satu juz 30 atau juz ‘amma. Sehingga mereka di bentuk seperti akan melakukan LBB. Jadi meskipun terlambat harus tetap menjaga kerapian dan kedisiplinan dari apa yang telah diarahkan oleh guru piket. Sebelum mengkhatamkan juz ‘amma, mereka harus menyertakan nama, nama pesantren, alasan terlambat dan tanda tangan setelah membaca juz ‘amma. Kemudian sedikit ada pencerahan dari guru piket tentang pentingnya menjaga kedisiplinan. Barulah setelah itu mereka membaca juz ‘amma dengan tartil. Ada yang membaca dari surat an-Naba’ sampai an-Naas, dan ada juga yang dari an-Naas sampai an-Naba’. Kalaupun ada siswa yang terkena selama 3 hari berturut-turut, maka guru BP akan menindak lanjuti dengan mengirim surat kepada pesantren yang bersangkutan untuk bekerja sama dalam menghargai waktu.

Dari situ mereka akan belajar betapa pentingnya menghargai waktu. Daripada terbuang sia-sia karena terlambat, lebih baik mengikuti pelajaran di jam pertama. Balasan seperti ini disamping mendapat pahala juga mampu menambah daya ingat untuk menghafalkan juz ‘amma, karena sering dibaca jika terlambat. Mereka akan merasakan bagaimana berdiri satu jam pelajaran dengan membaca juz ‘amma. Satu jam pelajaran itu 45 menit, sehingga mereka berdiri selama 45 menit.

Padahal kalau dilihat dari kebiasaan mereka sudah biasa santri, yang kebanyakan alasan antri mandi, belum selesai ngaji dan ada juga yang ketiduran. Hal ini akan sedikit menghilangkan citra pesantren yang sebenarnya sangat bagus untuk proses pendidikan. Tetap yang seperti demikian bukan lagi salah pesantren, akan tetapi siswa itu sendiri. Ada kata dalam bahasa jawa, sak ombo-ombone alas, sek omboan alasan”, artinya, seluas-luasnya sawah, tetap saja masih luasan sebuah alasan. Demikian keputusan yang diberikan dari sekolahan, ketika terlambat harus mengkhatamkan satu juz 30, yaitu juz ‘amma. Dengan tujuan supaya jera dan keterlambatan mereka tidak sia-sia, melainkan mendapat pahala dengan membaca al-Qur’an.

 

*Secuil cerita pengalaman dari pandangan penulis. Semoga bermanfaat. Mungkin ada yang jauh lebih baik sekolahnya dalam memberi jera kepada siswanya yang terlambat.

 

Walaupun terlambat, tapi tidak meninggalkan semuanya. Semoga termasuk golongan orang-orang yang mencintai dan menghargai ilmu.

Salam Pejuang Ilmu.

 

Allahu A’lam

 

Jombang, 07 Februari 2016

Syuff Ainayya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline