Lihat ke Halaman Asli

Syivaun Nadhiroh

IRT sekaligus Mahasiswi Magister Pendidikan Islam UIN MALIKI Malang

12 Hari Bertemu Rasul

Diperbarui: 24 Desember 2015   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Segala ni’mat yang tak terhingga telah sempurna dengan hadirnya kekasih Allah yang selalu didamba-dambakan bagi setiap umat, yang Allah titipkan telaga kautsar padanya, dan dengannya sebagai perantara syafa’at yang Allah berikan. Dan itu kami haturkan rasa syukur kami dengan lafadz alhamdulillahirabbil’alamiin segala sesuatu yang terpancarkan dalam jiwa dan hati setiap hamba, dalam bentuk apa-apa yang telah diberikan kepada kami, apapun itu.

Berlangsungnya dalam memperingati kelahiran penutup para Nabi, pembawa cahaya kebenaran, penerang dalam segala kegelapan, penyempurna segala kekurangan dan bersamanya islam rahmatan lil’alamiin. Beliaulah baginda Nabi besar Muhammad SAW putra kesayangan abu Abdullah dan umi Aminah. Beliau telah hadir menyalami selama 12 hari berturut-turut di salah satu daerah kab. Malang, dimulai dari tanggal 1 Robi’ul awal hingga puncaknya acara pada tanggal 12 robi’ul awal hari kelahirannya, seolah-olah dalam pembacaan sholawat itu beliau telah hadir bersama kami, begitu indah dan sangat indah, serasa Rasul menyalami dengan mendekat kepada kami, beliau memang hadir, sungguh. Hadir dalam sanubari kami, umatnya.

Membaca sholawat Nabi, bukanlah satu-satunya cara untuk menampakkan cinta dan sayang hamba kepada kekasaih-Nya, melainkan salah satu cara bagaimana seorang hamba mendambakan syafa’at dari Allah melaluinya. Sebagaimana yang sudah pernah kita dengar, bagaikan bejana yang diisi air dengan aliran yang tiada henti-hentinya, sehingga kelebihan airnya itulah pertolongan atau syafa’at yang akan diberikan kepada kita. Jadi Nabi itu bagaikan bejana, sedangkan sholawat itulah bagaikan air dan ketika bejana itu sudah terpenuhi dengan air maka yang lebih-itulah akan kembali kepada kita, umatnya. Begitu perumpamaannya, mungkin masih banyak lagi perumpamaan-perumpamaan lainnya.

Kemudian, kecintaan seorang hamba kepada kekasihNya dapat dilihat dengan kadar-kadar nilai sunnah yang dilakukan. Banyak amalan-amalan yang telah rasul lakukan, diantaranya yaitu sholat rowatib atau sholat sunnah sebelum dan sesudah holat fardhu, sholat malam (Tahajud, hajat, dll), puasa sunnah senin dan kamis, dan melakukan sunnah-sunnah lainnya, ada juga melalui dengan sifat-sifat Nabi yang lembut, dermawan, tegas, berani, cerdas, amanah, wibawa dan lain sebagainya. Asalkan semua itu kembali kepada niatnya, niat yang tulus benar-benar karena Allah, bukan karena Nabi. Mengapa tidak kepada nabi?, karena nabi juga termasuk ciptaanNya yang itu juga sama seperti manusia akan tetapi derajatlah yang membedakan. Bolehlah setiap umat mengharapkan sesuatu, tapi harus kepada Allah, bukan kepada Nabi Muhammad. Karena beliau hanyalah sebagai wasilah atau perantara seluruh umat manusia menghaturkan kepada Allah melalui kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Semoga dengan apa-apa yang kita lakukan di setiap harinya selalu mendapat ridho Allah dan syafa’at Rasulullah SAW. Amiin...InsyaAllah.

 

Allahu A’lam.

Malang, 24 Desember 2015

Syuff Ainayya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline