Lihat ke Halaman Asli

Syintia Ivoni

Mahasiswa

Menyelami makna perjuangan Perempuan dalam novel "Larasati" melalui Semiotika Saussure.

Diperbarui: 8 Januari 2025   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Novel merupakan sebuah karya sastra populer yang memiliki banyak penggemar. Novel juga sebuah karya sastra yang taklekang oleh waktu. Malah, pada beberapa pecinta Novel klasik, merekabahkan sampai berburu demi bisa membaca novel tersebut. Penulis novel pun menjadi sosokyang dikagumi bagi para penggemarnya, salah satunya adalah penulis terkenal,Pramoedya Ananta Toer. Dalam karyanya berjudul "Larasati", Pramoedya bukan hanya membawakan cerita novel dengan banyaknya koflik, namun juga membawa ceita tentang kehidupan seorang perempuan yang menghadapi berbagai konflik, dari fisik, batin, hingga sosial---yang membentuk karakternya sebagai individu yang kuat.

Artikel ini tidakakan membahas plot dalam novel, melainkan akan mencoba mengulas atau memahami Novel "Larasati" melalui kacamata Semiotika, terkhusus dengan mengguakan Teori tanda milik Ferdinand de Saussure. Sebagai salah satu sosok yang terkenal dalam bisang linguistik, Saussure memperkenalkan teori tanda yang terdiri dari dua elemen utama, yakni, Penanda dan Petanda. Dengan menggunakan pendekatan ini, artikel ini akan mencoba mengulas makna dibalik tanda-tanda tersebut muncul dalam berbagai bentuk.

Dalam mencoba mengulas makna yang ada dalam Novel, ditemukan banyaknya tanda dalam novel. Misalnya, ungkapan "Dunia tanpa peluru" menggambarkan kerinduan atau keinginan tokoh dalam mendambakan kedamaian di tengah kekerasan dan peperangan yang terjadi. Atau mungkin ungkapan "Aku, Larasati, bintang Ara" yang adalah simbol kebanggan diri Larasati,dan sebuah penegasan bahwa dirinya adalah individu yang memiliki harga diri meski hidup ditengah tekanan sosial.

Larasati adalah sebuah simbol atau representasi dari perjuangan perempuan di masa lalu. Tokoh Larasati ini bukan bukan hanya digambarkan sebagai perempuan yang tidak hanya melawan penindasan, namun juga berjuang melawan kecaman sosial pada masa itu. dalam novel ini, Pramoedya sedikit menyelipkan kritik terhadap kolonialisme  dan patriaki, menegaskan Perempuan sering kali mengalami standar ganda.

Tak hanya tanda-tanda yang disebutkan tadi, adapun tanda-tanda lain yang juga merefleksikan konteks sosial pada waktu itu, seperti pada kalimat "Kasih sayang ibunya yang tidak pernah putus ini menyebabkan Larasati terus merasa tersiksa bila jauh darinya." Yang juga menunjukkan bagaimana hubungan emosional larasati dengan ibunya. Dan hal tersebut juga yang menjadi salah satu aspek manusiawi yang memperlihatkan sisi batin seorang perempuan.

Ada hal yang cukup menarik, Pergeseran makna adalah alasannya. Sebagai contoh, pada awal cerita mungkin Larasati adalah seorang korban. Namun dengan seiring berjalannya alur pada novel, Larasati berkembang menjadi Simbol kekuatan perempuan. Evolusi ini menggambarkan bahwa perjuangan perempuan tidak hanya soal melawan kekuatan luar, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dari dalam diri.

Melalui pendekatan semiotika, Novel Larasati bukan lagi hanya hiburan atau cerita fiksi biasa. Novel ini menjadi dokumen sosial-historis yang mencatat kondisi sosial masyarakat pada masa itu. Mungkin bagi pembaca awam, analisi semacam ini terdengar rumit atau mungkin membosankan. Namun, jika dijelaskan secara sederhana, pendekatan ini bisa juga membantu kita memahami bagaimana setiap kata, simbol, atau tindakan yang dilakukan tokoh memiliki makna tersendiri.

Kemudian, melalui analisi semiotika saussure, artikel ini setidaknya berhasil menunjukkan sedikit bahwa Larasati merupakan salah satu karya kaya akan makna. Tokoh didalamnya berhasil menjadi simbol perjuangan yang berani melawan batas-batasan yang ada dalam masyarakat. Novel ini juga cerminan semangat perjuangan yang tetap relevan bahkan diaca pada masa sekarang, tidak hanya sebagai hiburan, tetapijuga sebagai pelajaran berharga tentang sejarah, nilai budaya, dan keadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline