Perkembangan kebudayaan manusia yang diawali dengan adanya revolusi industri sejak permulaan abad ke 12 hingga keberjalannya tiba di era revolusi industri 5.0, telah mendorong banyak kelahiran peradaban dan kebudayaan baru.
Dalam hal ini, disiplin sejarah mengalami perkembangan yang juga cukup signifikan. Di era modern, sejarawan dihadapan pada suatu tantangan perkembangan teknologi komputerisasi. Dimana tantangan ini ditujukan untuk mengadaptasi relevansi media penelitian sejarah bagi kalangan sejarawan dengan perubahan zaman yang terus bergulir.
Sebagai masyarakat information society, dunia digital adalah media paling strategis untuk melakukan diseminasi informasi agar mampu menjangkau masyarakat dengan lebih mudah dan lebih luas.
Pada dasarnya, ruang lingkup sejarah digital meliputi tiga dimensi penting: Pertama, pemanfaatan sumber digital dalam penelitian sejarah. Diantaranya ialah adanya sumber organik/arsip digital dan adanya sumber trasformatif, ditandai dengan munculnya gelombang digitalisasi sumber sejarah. Dimana perpustakaan dan lembaga kearsipan banyak menerbitkan sumber-sumber sejarah berbasis data daring, seperti Khastara (perpusnas), Delpher.nl (Arsip digital milik pemerintah Belanda), dll. Sehingga akses terhadap sumber-sumber akhirnya menjadi lebih mudah.
Sejalan dengan itu, munculah alternatif alur pencarian sumber sejarah yang semakin terbarukan, dimana mesin dan fitur pencarian "kata kunci" menjadi salahsatu wujud revolusi praktis dalam penelitian sejarah. Dengan demikian, eksplorasi arsip dan sumber sejarah terjadi secara efektif dan efisien, dan peneliti memiliki waktu yang lebih banyak untuk membaca sumber sejarah dibandingkan dengan metode konvensional yang dilakukan sebelumnya.
Kedua, pemanfaatan teknologi dan metodologi digital dalam menggali, memverifikasi, menganalisis, dan memaknai informasi menggunakan teknologi digital seperti computer, internet, software. Dengan metode scanning, recording, crowdsourcing, data mining, mapping network analisist;
Ketiga, pemanfaatan media digital dalam mempresentasikan masa lalu dan menghasilkan historiografi dalam media baru kesejarahan, visualisasi data, peta interaktif, audio, video, arsip digital, AR, VR dll.
Kehadiran teknologi informasi dan sistem komputasi dalam penelitian sejarah menempatkan sejarah digital sebagai alternatif terbarukan yang dapat mendukung kemajuan kualitas penelitian sejarah di era modern. Karena konstelasi teknologi ini akhirnya menciptakan semacam revolusi praktis yang mendorong perkembangan sejarah ke arah yang lebih inklusif hingga terciptanya historiografi yang sanggup menyediakan beragam sumber literasi di dalam ekosistem digital.
Ekosistem digital yang digarap oleh sejarah ini akan sanggup terealisasi dengan maksimal bila ditopang oleh ketersediaan beragam sumber literasi, yang secara sentral didukung oleh peranan perpustakaan dan arsiparis dalam melakukan digitalisasi terhadap sumber-sumber sejarah sebagai salah satu dimensi paling penting dalam sejarah digital. Juga, ekosistem digital ini hanya dapat tercipta dengan adanya kiprah para sejarawan untuk menjadikan sejarah digital sebagai solusi pelestarian budaya literasi di dalam masyarakat.
Pada tahun 1968, sejarawan Emanuel Le Roy Ladurie membuat pernyataan yang terkenal, kurang lebih artinya begini, "sejarawan akan menjadi seorang programmer atau dia akan mati".