Podcast atau yang dalam bahasa Indonesia disebut siniar, beberapa tahun belakangan menjadi jenis hiburan baru yang sensasional dan menjadi favorit berbagai kalangan.
Mungkin di Indonesia, masyarakat sangat mengenal podcast Close the Door milik Deddy Corbuzier, Podkesmas, atau Podcast Rapot yang sangat populer di platform Spotify, dan tentunya masih banyak lagi acara podcast lainnya.
Podcaster kemudian muncul menjadi jenis profesi baru yang banyak dilirik. Lantas apakah semua orang bisa membuat podcast? Tentu saja bisa.
Pengalaman Terlibat Produksi Podcast
Sebelumnya saya sendiri sudah satu tahun lebih tergabung dalam sebuah komunitas podcast di kampus.
Pada masa jabatan pertama, saya berada di bawah divisi produksi, divisi yang langsung menangani teknis produksi podcast, mulai dari rekaman, editing, hingga podcast-nya naik di platform Spotify.
Saat saya bekerja di produksi podcast, kebetulan pandemi Covid-19 sedang melanda. Lantas apakah produksi podcast serta merta langsung ditiadakan? Jawabannya tidak. Kami memutar otak agar produksi podcast bisa jalan terus. Produksi podcast kami memang seharusnya dilakukan dengan rekaman secara luring di laboratorium kampus. Namun, sayangnya rekaman luring tidak bisa dilakukan. Rekaman pun dilakukan secara online.
Dari sinilah awalnya saya belajar bahwa membuat podcast ternyata tidak perlu alat-alat yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Produksi Podcast Tanpa Alat Mahal
Cara rekaman podcast yang saya bagikan ini berdasarkan pengalaman saya membuat podcast di komunitas secara online.
1. Alat perekam (mikrofon)
Jika Anda berpikir merekam podcast itu harus menggunakan alat mahal seperti milik Deddy Corbuzier, yang harganya mencapai ratusan juta, Anda keliru. Rekaman podcast bisa dilakukan menggunakan gadget seperti laptop atau bahkan handphone saja. Anda juga bisa mengandalkan mikrofon dari earphone jika dirasa suaranya akan terdengar lebih jelas.