Lihat ke Halaman Asli

Potensi Permasalahan pada Kontrak Berjangka (Future Contract) Sebagai Salah Satu Instrumen Kontrak Derivatif

Diperbarui: 21 Maret 2024   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dituliskan dalam website IDX atau Indonesia Stock Exchange Bursa Efek Indonesia kontrak derivatif ialah kontrak finansial antara 2 (dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets/commodities yang dijadikan sebagai objek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari objek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.

Secara umum, transaksi derivatif mengacu pada perjanjian   bilateral   antara   dua   pihak   untuk membeli   atau   menjual   aset   finansial   atau komoditas pada tanggal tertentu di masa depan dengan  harga  yang  telah  disepakati  pada  saat pembuatan kontrak. Saat ini, transaksi derivatif melibatkan   berbagai   acuan   pokok,   seperti tingkat   suku   bunga,   nilai   tukar   mata   uang, komoditas, saham, dan indeks (Sunaryo, 2021).

Kontrak derivatif memiliki beberapa instrumen, seperti kontrak opsi, kontrak berjangka, kontrak penyerahan kemudian, dan SWAP. Insturmen-instrumen yang telah disebutkan diakui sebagai strategi yang efektif dalam mengelola risiko terkait fluktuasi harga asset pasar. Namun di sisi lain kita juga perlu meninjau dari segi potensi permasalahhnya yang mungkin akan muncul. Pada artikel ini kita hanya akan membahas terkait potensi permasalahan atau risiko pada salah satu instrument kontrak derivatif yaitu kontrak berjangka atau futures contract.

Berdasarkan definisi, kontrak berjangka atau futures contract adalah salah satu produk derivatif berbentuk kontrak yang mewajibkan para pihak untuk membeli atau menjual sejumlah underlying asset tertentu pada harga tertentu dan dalam waktu tertentu di masa yang akan datang. Kontrak Berjangka adalah instrumen keuangan yang dapat digunakan sebagai sarana lindung nilai, spekulasi, maupun arbitrase. Sebagai produk derivatif, nilai kontrak berjangka ditentukan atau diturunkan dari harga underlying-nya. 

Meskipun kontrak ini menyediakan sarana untuk mengelola risiko, mereka juga membawa potensi permasalahan yang perlu dipertimbangkan, ada beberapa risiko yang terkait dengan kontrak berjangka diantaranya adalah hadirnya risiko harga sebagai risiko utama. Risiko harga yaitu risiko bahwa harga aset yang mendasarinya akan berfluktuasi secara tidak terduga. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian bagi salah satu pihak yang terlibat dalam kontrak. 

Para pelaku pasar perlu menyadari kemungkinan perubahan harga yang cepat dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri, seperti penggunaan pesanan stop loss atau strategi hedging. Selian itu, kontrak berjangka mungkin sulit diperdagangkan atau menjual kembali dengan cepat, terutama dalam kondisi pasar yang tidak likuid. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan untuk menutup posisi atau memperoleh harga yang wajar. Penting untuk memperhitungkan likuiditas pasar sebelum masuk ke dalam kontrak berjangka dan memilih aset yang memiliki volume perdagangan yang memadai. 

Pihak-pihak yang terlibat harus yakin bahwa pihak lawan akan memenuhi kewajibannya. Untuk mengurangi risiko ini, para pelaku pasar dapat menggunakan lembaga kliring atau menetapkan persyaratan margin yang ketat. Pelaksanaan kontrak berjangka juga memerlukan proses operasional yang kompleks, termasuk pemantauan posisi, perhitungan margin, dan pelaporan yang tepat waktu. 

Jika terjadi kesalahan operasional dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan dan mengganggu kelancaran transaksi. Penting untuk memiliki sistem dan prosedur yang kuat untuk mengelola risiko operasional. Kontrak berjangka juga tunduk pada regulasi yang ketat, dan perubahan dalam peraturan dapat memengaruhi cara kontrak tersebut diperdagangkan dan dijalankan. Para pelaku pasar perlu memahami peraturan yang berlaku dan memastikan bahwa mereka mematuhi persyaratan yang ada.

Jadi, penggunaan  instrumen  derivatif seperti kontrak opsi, kontrak berjangka, kontrak penyerahan    kemudian,    dan    SWAP,    diakui sebagai  strategi  yang  efektif  dalam  mengelola permasalahan atau risiko  terkait  fluktuasi  harga  aset  di  pasar.  Para investor   dapat   menggunakan   instrumen   ini untuk  mengurangi  tingkat  ketidakpastian  dalam portofolio  investasi  dan  melindungi  diri  dari potensi  kerugian. Kontrak berjangka bisa menjadi salah satu alat yang berguna dalam manajemen risiko finansial, tetapi mereka juga menyiratkan sejumlah risiko yang perlu dikelola dengan hati-hati. Para pelaku pasar harus memahami risiko yang terkait dengan kontrak dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi eksposur.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline