Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Akhir, Berbahagialah!

Diperbarui: 12 Oktober 2016   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.tumblr.com/search/kau%20bahagia

Bersanding denganmu, adalah hal terindah, yang selalu kita banggakan, yang menjadi tujuan utama. Juga karenanya, aku yakin, kau benar dalam bersungguh-sungguh.

***

Gemerincing air hujan masih terus terdengar, sepertinya aku butuh lebih banyak waktu dari beberapa hal yang harus di kerjakan. Aku bahkan tidak bisa menyisakan waktu untukku merebah, memeluk lembut setiap bantalan dalam kasur busa besar itu. Ah, aku cinta menjadi Wartawan!

Keluh kesahku tidak akan mengubah apapun, termasuk memberhentikan jarum pada alat waktu yang terpasang tepat di sebrang meja kerjaku. Nampaknya, malam ini Kota Hujan benar-benar sedang menunjukkan dengan bangga, julukannya, tanpa henti bersuara.

Tengah malam lewat dua jam. Bagi sebagian orang, ini waktu yang tepat untuk mengambil kembali nyawa yang sedang mengambang, membuka mata dan seraya berdoa. Bagi sebagian sisanya, masih ada rangkaian kata yang harus dikejar menjadi sebuah berita. Untuk kemudian terbit dengan dua hari semasa libur lebaran itu tiba. Artinya, aku, yang dalam keadaan ini, membuat 3 berita dalam satu malam. Untuk hari-hari setelah lebaran pertama dan kedua. Setidaknya, aku dapat berbagi sisa semangatku di kampung halaman. Aku rindu, bahkan kepada semua kenangan pahitku.

***

Merapuh perlahan, mengumpulkan sisa tenaga selepas sahur terlaksana, menatap bayangan langkah yang terpantul dari atas lampu jalan. Aku perlu mengganti setiap lembar bagian tulang-belulang. Oh…

Jalan Malabar, di Kota Hujan, masih nyenyak di dalam mimpi. Perlahan membuka gembok indekos berpagar tinggi , khawatir membangunkan mereka yang baru saja terlelap kembali. Hidupku mungkin akan normal dalam beberapa hari, di momen-momen libur. Mengingat, malamku jadi siang dan begitupun sebaliknya. Bau khas aspal bekas tersiram air hujan, angin shubuh yang menyambut lembut, aku bahkan mulai lupa dengan jingga kekuningan akhir fajar. Ambrukku kasar, ke atas busa persegi panjang yang aku lapisi sprei kuning bergambar bintang.

Ah, tak sabarku berteriak untuk hari lebaran!

***

Cerita indahku menghilang seiring jerit telepon yang tak jua berhenti. Tolong lah! Ini hari pertama ku berhibernasi… mengumpulkan tenaga untuk berpikir nanti, kalau-kalau pertanyaan tentang kekasih dan keluarga datang bertubi-tubi, tahu lah ketika kumpul keluarga apa yang akan terjadi. Apalagi, semua itu akan mulai dikait-kait kan dari segala hal, umur, jabatan, kebiasaan, bahkan untuk hal kecil dengan bagaimana caramu makan…

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline