Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Jawa Kuno yang Tak Lagi Menarik di Kalangan Gen Z

Diperbarui: 28 Februari 2024   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                           Syifa Hikmatul Ulya

             12 IPS 4, SMA NEGERI 3 KABUPATEN        TANGERANG

     Ketika mendengar Bahasa Jawa Kuno mungkin yang terlintas di benak kalangan Gen Z adalah bahasa yang berumur ratusan tahun dan akan sangat sulit dipelajari. Hal itu bukanlah pengertian yang salah namun, bukan berarti dengan sulitnya bahasa ini dipelajari menjadi sebuah alasan untuk berhenti melestarikannya. Bahasa Jawa Kuno atau yang kita kenal dengan Jawa Kawi telah digunakan dari abad kesembilan masehi sampai pada abad ke-15 masa pemerintahan Kerajaan Majapahit. Hal ini dapat kita lihat dari penemuan Prasasti Sukabumi dan Prasasti Munduan yang ditemukan pada tahun 804 dan 807 Masehi.

Prasasti Menjadi Saksi Bahasa Yang Pernah Ada

     Penemuan kedua prasasti itu menunjukan umur dari Jawa Kawi yang memang sudah sangatlah tua. Dikarenakan umurnya yang sangat tua, banyak juga ditemukan tulisan-tulisan karya sastra dengan penggunaan bahasa ini, salah satu yang paling terkenal adalah Layang Kawi. Bukan hanya menjadi sebuah bahasa, Jawa Kawi juga memiliki pengaruh yang besar di dalam dunia tulisan, terutama kepada penggunaan Bahasa Sansekerta, hampir 49% kata yang ada di dalam Bahasa Sansekerta merupakan serapan dari Jawa Kawi. Secara tak kasat mata Bahasa Sansekerta sendiri menjadi pelestari budaya dalam melestarikan Bahasa Kawi, tapi bagaimana dengan masa sekarang? karena semua yang dituliskan tadi terjadi pada saat Indonesia belum terbentuk dan masih disebut sebagai Nusantara.

Mengadaptasi Bahasa Kuno ke dalam Budaya Modern

     Perkembangan bahasa yang ada menjadikan banyak bahasa daerah mulai dilupakan dan itu menjadi salah satu ancamannya, ditambah lagi kesulitan untuk mempelajarinya membuat generasi sekarang semakin enggan untuk belajar mengenai bahasa ini. Mungkin itu adalah alasan yang kuat bagi Atlas Bahasa Dunia untuk mengkategorikan Jawa Kawi dalam status terancam sebagai bahasa. Lalu bagaimana peran generasi sekarang dalam melestarikan budaya bahasa ini?

     Banyak yang dapat dilakukan, ditambah dengan kemudahan teknologi, kita bisa melakukan berbagai macam pelestarian. Dari mulai kemampuan teknologi untuk menganalisa prasasti yang umurnya ratusan tahun, sampai memanfaatkan lagu untuk melestarikan budaya. Benar, lagu menjadi media untuk melestarikan bahasa Jawa Kawi ini. Grup musik elektronik asal Jakarta Weird Genius pada tahun 2022 merilis sebuah lagu yang menggunakan bahasa Jawa Kawi di dalamnya, Lathi begitu tajuk dari lagu yang dibuat oleh Reza Oktavian, Eka Gustiwana dan Gerald Liu.

     Mungkin akan ada banyak perdebatan mengenai penggunaan Bahasa Jawa Kawi di dalam lagu modern, karena musik yang mempopulerkan dalam kasus ini adalah musik elektronik yang terstigma negatif. Alangkah baiknya jika kita mencoba melihat musik ini sebagai karya sastra, dimana lirik atau kata-kata yang digunakan juga memberikan nilai positif.

Kowe ra iso mlayu saka kesalahan Ajining diri ana ing lathi

kamu tidak bisa lari dari kesalahan, harga dirimu ada di lidahmu/mulutmu, kira-kira begitulah arti dari penggalan lirik tersebut. Lirik yang singkat tapi begitu penuh makna yang mengajarkan kita untuk menjaga ucapan kita karena disitulah terletak harga diri kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline